Footnote

Sarapan Ilmu

×

Sarapan Ilmu

Sebarkan artikel ini
Suasana kajian sunnah di Masjid Raudhatul Jannah Kendari. foto: Asdar/FB

Sudah lama ingin salat subuh berjamaah di tempat ini, sejak resmi digunakan sebulan lalu. Namanya masjid Raudhatul Jannah, di daerah Korumba, Kendari. Qadarullah, subuh tadi bisa kesampaian. Megah, nuansanya sangat syar’i, dan amat sejuk. Masya Allah, jamaah subuhnya setara salat Jumat. Bacaan imamnya mengalun lembut dan merdu. Asli bikin baper.

Usai salat, jamaah dapat bonus. Ada sajian ilmu bagi mereka yang mau sarapan pengetahuan bagaimana jadi pengikut Muhammad SAW yang benar. Penyuguh ilmunya ustad Zezen Zaenal Mursalin, Direktur IslamiC Center Mu’adz Bin Jabal (ICM), Kendari. Sajadah saya lipat, jadi alas duduk biar dinginnya keramik masjid tak tembus kulit. Soalnya mau lama dan seru ini.

Ustad Zezen bicara soal adab masuk masjid. Ponsel saya off signal, lalu cari aplikasi pencatat dokumen. Maklum, otak sudah mulai lemot. Daya ingatnya kaya jaringan komunikasi di Kabaena, lemaah. Saya catat baik-baik tiap tuturannya. “Kalau ke masjid itu bersihkan diri, pakai pakaian terbaik dan gunakan wewangian,” buka sang ustad.

Awalnya saya tenang menyimak soal ini. giliran sang pemberi ilmu bilang tidak boleh pakai pakaian yang ada simbol-simbol non syariat, seperti jearsy bola, seketika saya ingat beberapa kaos Liverpool di rumah. Seingat saya belum sempat dipakai ke masjid. Nasibnya berarti hanya boleh sampai di Warkop.

“Kalau jearsy bola saja dilarang, mungkin kaos partai juga tidak boleh kayaknya. Apalagi yang ada tulisannya..coblos nomor..Masih mending pakai kaos KPU, karena hanya diajak jangan Golput..he he,” kata saya, tapi hanya dalam hati. Soal benar atau tidak, wallahu a’lam. Tidak sempat tanya tadi.

Selain berpakaian terbaik, adab berikutnya itu menjaga muruah masjid. Caranya, berjalan tenang dan jangan terburu-buru. “Sebaiknya bersuci dari rumah. Mereka yang sudah wudhu itu tiap langkahnya pahala. Langkah kaki kanannya meninggikan derajat, kirinya menghapus dosa. Masuk pakai kanan, keluar kiri,” timpal ustad Zezen.

Apa hadistnya? Kalau urusan ini, saya hanya dengar-dengar saja tadi. Tidak bisa saya terjemahkan ke dalam tulisan. Saya pakai metode zaman SMP saat pelajaran agama yakni langkahi tiga baris… “Jangan duduk sebelum salat sunat tahiyatul masjid,” kata sang ustad.

Lalu apalagi? Jangan ke masjid kalau situasimu bisa mengganggu khyusuknya orang lain. Misal, habis makan bawang atau makanan yang baunya tajam, termasuk merokok. Urusan merokok ini lagi-lagi bikin saya “perang” batin. Kebiasaan yang belum bisa saya tinggalkan tapi bakal diusahakan off, paling tidak sejam sebelum salat. Biar tidak mengganggu orang.

Kata pemberi hikmah ilmu tadi, bila seseorang terlihat keluar rumah dan hendak ke masjid, maka seketika itu iblis akan memanggil bala tentaranya untuk menghalangi langkahmu ke rumah Allah SWT. Bisa jadi ini jawabannya kalao saya liat orang yang mau ke masjid, singgah dulu cecerita di deker sambil rokokan. Nanti iqamah baru buru-buru dan dapat shaf belakang.

Cukup lama juga saya ikut mendengar sajian ilmu ini, sesuatu yang seumur hidup belum pernah saya lakukan. Entah kenapa, anteng sekali saya duduk lebih sejam hanya untuk mengikuti taklim, subuh ini. Rasanya nyaman. Ustad Zezen baru kelar bicara setelah matahari sudah terbit.

Selesai? Belum. Di pelataran masjid, sudah ada suguhan lain. Pemilik masjid ternyata menyiapkan aneka minumpan dan kudapan bagi semua jamaah. Sembari menikmati itu semua, jamaah boleh berinteraksi dengan ustad, mengajukan pertanyaan.

Ada yang bertanya soal hukumnya salat di lapangan yang kadang berfungsi juga jadi tempat berkhalwat, urusan rumah tangga, sampai ada yang pertanyaan yang bikin saya jadi tidak enak duduk. “Ustad, bagaimana hukumnya kita berteman dengan perokok. Kita nongkrong sama-sama, giliran mau salat, pakaian kita sudah bau rokok?”

Jangan mi saya sampaikan jawabannya ustad, cukup saya yang resapi baik-baik. Yang jelas, nda enak saya minum kopiku tadi gara-gara ini pertanyaan. Kelak, saya tidak akan Baper lagi kalau ada pertanyaan begitu serupa di kemudian hari.

Masjid Raudhatul Jannah ini memang keren. Konstruksi dan arsitekturnya mirip Dome of the Rock di masjidil Aqsa di Palestina Dibangun seseorang yang rezekinya cukup dan berhati mulia. Tiap Ahad subuh, ia memang menggelar acara serupa sejak diresmikannya. Salat berjamaah, dan sarapan ilmu bareng ustad. Siraman rohani sekaligus siraman lambung…

Ahad depan datang lagi deh..!

——

#AMR, Penyuka Kopi

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *