Environment

Saat Hujan, Selokan Pun Jadi Sungai

×

Saat Hujan, Selokan Pun Jadi Sungai

Sebarkan artikel ini
Saluran air di kawasan Kelurahan Lahundape, saat hujan akan menjadi sungai kecil akibat limpasan air dari hulu yang cukup besar. foto: Joss
Semula ini hanyalah selokan kecil, namun kini menjadi kali (sungai kecil) yang saban hujan terus mengirim banjir ke rumah rumah penduduk sekitar. Begitulah kesaksian warga Kemaraya dan Lahundape tahun-tahun belakangan. Penomena selokan jadi sungai semakin tahun semakin banyak saja dengan debit air semakin membesar setiap tahunnya.
Praktik perkebunan di tahura nipa nipa serta pemukiman penduduk di area kawasan puncak kerap dituding sebagai pemicu banjir. Pembukaan areal perkebunan menyebabkan hilangnya sebagian besar kawasan hutan yang selama ini berfungsi sebagai penyangga air dalam kawasan.
Praktik perkebunan juga membuat terjadinya erosi atau pengikisan sebagian lahan, menyebabkan terbentuknya saluran air baru. Tak heran hujan sejam saja, banjir meluber kemana-mana merendam pemukiman warga di lokasi yang rendah.
Limpasan air kian lama kian bertambah dan mengalir ke lokasi yang lebih rendah di area permukiman penduduk perkotaan. Daerah seperti kelurahan kemaraya, mandonga, watu watu, lapulu, punggaloba hingga ke arah kota lama menjadi daerah paling terdampak tahun tahun belakangan ini.
“Banjir kerap menghampiri kehidupan warga setiap hujan turun. Saluran air tak lagi mampu menampung limpahan air membuat air naik hingga ke jalan raya,”kata Amir, warga Kemaraya.
Ironisnya di tengah debit air yang membesar , warga yang minim kesadaran menambah problem dengan membuang sampah rumah tangga ke saluran air. Jadilah penderitaan warga di hilir semakin bertambah. Ini terlihat aneka sampah yang berserakan di jalan raya, seperti batang kayu, sampah plastik, popok hingga bangkai hewan. “Mereka yang ditinggal di hulu seenaknya membuang sampah saat banjir tiba,”kata Lukman.
Kondisi Tahura Nipa nipa
Sekian lama tak berkunjung, saya berkesempatan kembali mencumbu alam di Bukit Nipanipa. Bukan saja mengobati kerinduan memadang cantiknya teluk dan hutan mangrove di ketinggian Saat menuruni bukit, tapi mengejar pemandangan spektakuler dari jutaan butir air yang jatuh dari langit dan menghujam kanopi hutan kota. Dan benar saja, dari ketinggian rinai hujan nampak begitu rapat, hingga membuat barisan gunung di sisi selatan teluk Kendari menjadi buram menghalangi pandangan.
Perjalanan terhenti saat melewati hamparan kebun lada yang bersebelahan dengan perkebunan cengkeh di bukit Tahura Nipanipa. Di wilayah Kelurahan Kemaraya hingga Alapae setidaknya ada sekitar 30 hektar kebun lada yang seluruhnya sudah berbuah. Kebun lada ini milik petani yang terhimpun dalam Kelompok Tani Sarungga. Pembentukan Kelompok Tani Sarungga, sebagai salah satu dari 24 kelompok tani yang ada di Tahura Nipa-nipa.
Seperti halnya kelompok tani lain di Tahura Nipanipa, Kelompok Tani Sarungga punya cerita panjang dalam menghimpun diri. Tepatnya tahun 2002 silam, sebagian warga di Kelurahan Kemaraya, Kota Kendari mulai kembali membuka lahan di kawasan yang selama ini diklaim sebagai hutan konservasi. Awalnya, mereka yang benar-benar mau berkebun masih dihitung jari atau secara perorangan saja, namun berjalan dua tahun jumlahnya semakin bertambah hingga kemudian mereka mulai berhimpuni. Apalagi di wilayah kelurahan lain kelompok-kelompok tani mulai terbentuk, jadilah warga Kemaraya yang umumnya masih memiliki pertalian kekerabatan sepakat membentuk kelompok tani, yang diinisasi satu lembaga swadaya masyarakat dan Dinas Kehutanan Provinsi Sultra.
Aneka jenis tanaman jangka pendek hingga tanaman jangka panjang memenuhi tanah perkebunan. Mereka juga membangun rumah kebun untuk istrahat sekalgus menjaga tanaman mereka dari serangan hama. Hampir sebagaian besar hutan alam kini berubah menjadi areal perkebunan serta sebagain kecil untuk pemukiman penduduk.
Hutan adalah suatu komunitas tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohon atau tumbuhan berkayau lainnya, tumbuh secara bersama-sama dan cukup rapat. Definisi hutan ini lebih menekankan kepada wujud biofisik hutan berdasarkan jenis tumbuhan yang dominan (pohon-pohon atau tumbuhan berkayu lainnya). Sifat pertumbuhan pohon (bersama-sama atau cukup rapat) dan beerfungsi sebagai komunitas tumbuhan. Secara ekologis hutan mampu menciptakan iklim mikro di dalam hutan, yang berbeda dengan keadaan sekitarnya (Arief, 1994).
Menurut UU No. 41/1999 kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok tersebut yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Hutan lindung merupakan salah satu unsur didalam DAS yang berperan melindungi tata air, mengurangi erosi dan mencegah bahaya banjir.
DAS merupakan daerah atau suatu wilayah yang dibatasi oleh dua batas-batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam DAS tersebut akan mengalir melalui titik tertentu dalam DAS tersebut. DAS juga merupakan suatu sistem yang pengembanganya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf hidup manusia secara lestari. Agar suatu DAS tidak rusak maka perlu dijaga kelestarian hutan dan diperlukan pula pengelolaan DAS yang baik.
Penebangan hutan secara besar-besaran merupakan hal yang akan mempengaruhi fungsi DAS. Sk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *