Footnote

Jalan Pulang Aleksander

×

Jalan Pulang Aleksander

Sebarkan artikel ini

Masih ingat Aleksander Asli? Sosok lelaki “istimewa” yang saya kisahkan beberapa hari lalu di wall ini? Pria yang didera masalah psikologi itu kini sudah bersama keluarganya. Lelaki asal Ereke, Buton Utara itu dijemput anak dan saudara kandungnya untuk dibawa pulang. Butuh waktu hampir sebulan buat Aleksander untuk menemukan jalan pulang.

Kamis (3/6) lalu, saya membersamai Aleksander di sebuah eks gazebo taman di belakang kantor kami, KPU Bombana. Lelaki itu sudah berhari-hari menjadi penghuni tetap tempat tersebut. Nampaknya dia punya masalah kejiwaan. Tapi saya abai, dan memilih ngobrol dengannya. Obrolan kami itulah yang kemudian saya tulis.

Ternyata, lelaki itu memang sedang dicari keluarganya di Kulisusu, Buton Utara. Tulisan saya itu dibaca beberapa orang di list pertemanan saya di facebook lalu mengabari kerabat Aleksander. Keluarganya kemudian menghubungi saya via messenger diikuti telepon. Mereka tak menyangka bila Aleksander bisa sampai di Bombana. “Terima kasih Pak Ketua, segera kami jemput. Itu om saya,” kata seorang pria yang mengaku sebagai keponakan Aleksander, kala menelepon saya.

Hari ini, beberapa saat sebelum kumandang azan Jumat, dua orang kerabat Aleksander tiba di Bombana. Mereka adalah putra dan saudara perempuan Aleksander. Keduanya hendak menjemput pria yang mengaku lahir 2 Agustus 1975 di Kulisusu itu. Sayangnya, saya tidak menyaksikan langsung drama pertemuan itu, karena tak sedang berada di kantor.

Beberapa staf kantor KPU Bombana yang selama ini memperhatikan berbagai kebutuhan Aleksander menghubungi saya, mengabarkan penjemputan itu. “Anak sama saudaranya yang jemput pak, mau dibawa langsung ke Kendari, ke rumah sakit. Sudah berangkat mi,” kata Buyung, salah satu staf di kantor.

Tentu saja saya bahagia mendengar kabar ini. Saya sama sekali tidak menyangka, tulisan saya yang hanya berkisah obrolan dengan kelompok yang dilabeli sebgaai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) itu bisa punya maanfaat. Paling tidak, keluarganya yang sudah 20 hari mencari tahu dimana Aleksander pergi, punya informasi yang melegakan hingga akhirnya melakukan penjemputan.

Aleksander rencananya akan dibawa ke rumah sakit khusus kejiwaan di Kendari oleh keluarganya. Semoga lelaki baik itu bisa segera pulih, dan daya ingatnya kembali seperti sedia kala. Aleksander kini sedang di jalan pulang, menuju rumah.

***
Bagaimana Aleksander bisa sampai ke Bombana dan siapa sebenarnya lelaki itu? Informasi detail tentang sosoknya saya peroleh dari keponakannya. “Namanya Om ku itu bukan Aleksander ketua, nama aslinya Darussman. Dia sendiri yang sebut namanya Aleksander Asli, tidak tahu bagaimana ceritanya,” terang Mawan, yang mengaku sebagai keponakan.

Pamannya itu pergi di sebuah pagi buta, 20 hari lalu. Ia memang bermukim di Ereke. Dugaan keluarga, ia menumpang kapal kayu menuju Kendari, membawa tas berisi tiga lembar baju tanpa duit sepeser pun. Mawan menduga, pamannya itu berjalan kaki dari pelabuhan Kendari hingga Rumbia, di Bombana.

Saya bergidik membayangkan bagaimana Aleksander bisa menempuh perjalanan dengan berjalan kaki hingga 232 kilometer. Tapi bagi mereka yang sedang labil kejiwaannya, hal seperti itu mungkin wajar. Entahlah. “Pantas kakinya luka parah, karena jalan kaki. Mana panasnya itu jalan, apalagi di PPA, tidak ada tempat berlindung,” gumam saya.

Menurut sang keponakan, pamannya itu memang sudah lama “sakit”, sekira tahun 2005 atau 2006. Penyebabnya pun ia ceritakan dengan gamblang. Hanya saja, tidak untuk saya tulis karena ini masuk kategori informasi yang dikecualikan. Biarlah cukup kerabatnya dan para tetangga Aleksander eh Darussman yang tahu.

Mereka agak lama baru bisa menjemput sang paman karena masih harus menyiapkan dokumen administrasi kependudukan bagi Darussman agar lebih mudah saat dibawa ke rumah sakit di Kendari. Uniknya, sang ponakan terpaksa membuat dua identitas berbeda. “Jangan sampai Om ku da tidak mau kalau nama yang dipakai adalah Darussman, makanya dibuatkan juga Aleksander Asli,” tutur sang ponakan, sembari tertawa.

Emang bisa membaca? Ini yang menarik. Aleksander ternyata dulu adalah bintang sekolah. Ia tak pernah keluar dari peringkat I di kelas dan sekolahnya. Keahliannya adalah Matematika, dan itu masih berlaku sampai sekarang meski kondisi jiwanya sudah tidak stabil. Sila ajukan kuis matematika, pasti bisa ia kerjakan.

“Kalau ada PR ku ketua, dari SD sampai SMA, Om ku yang kerjakan. Padahal sudah begitu kondisinya, tapi masih jago matematika. 10 (nilai) terus saya ketua. Keponakannya yang lain juga begitu, beliau yang kerja semua PR-nya. Jago matematika itu Om ku ketua,” papar Mawan, berapi-api. Saya takzim mendengar. Kagum tentu saja.

“Sekali lagi terima kasih banyak Pak Ketua, berkat tulisan Pak Ketua, kami bisa ketemu dengan Om-ku itu. Sudah satu bulan mi dia tinggalkan rumah,” lagi-lagi Mawan, sang Ponakan, seorang pegiat anti korupsi di Butur, mengulang ucapan itu.

Sebenarnya, saya agak risih karena berulang kali dipanggil Pak Ketua oleh Mawan, keponakan Aleksander ini. Nantilah di ujung telepon saya sampaikan, jika saya ini bukanlah Ketua KPU, tapi ketua komunitas peminum kopi. “Ah biar mi bang, saya lebih suka panggil Ketua. Kalau di Kendari, nanti kita minum kopi Pak Ketua,” ia mengulang lagi sebutan itu.

Terserah mi pale…!
—–
#AMR, Pecinta Kopi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *