KENDARI, suarakendari.com-Transisi energi menuju sumber yang lebih bersih dan berkelanjutan merupakan bagian integral dari agenda global untuk mengurangi emisi karbon dan memerangi perubahan iklim. Indonesia, dengan potensi energi terbarukan yang melimpah, memiliki komitmen untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan sebagai bagian dari strategi pertumbuhan ekonomi rendah karbon. Target ambisius telah ditetapkan dalam NDC untuk meningkatkan bauran energi terbarukan hingga 23% pada 2025 dan 31% pada 2050. Namun, tantangan besar muncul dalam mewujudkan target-target tersebut.
Profesor DR. Aslan MSi yang tampil sebagai pembicara kegiatan Sarasehan Jurnalis, CSO, dan Akademisi, Akademi Jurnalis Ekonomi – Lingkungan (AJEL) Tahun Ke-3 yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Kendari, Jumat (21/3/2025), mengungkap salah satu tantangan utama dalam transisi energi di Indonesia adalah ketergantungan yang masih tinggi pada bahan bakar fosil, khususnya batu bara. Meskipun diakui sebagai sumber energi yang murah dan dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan listrik, penggunaan batu bara menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mempercepat peralihan menuju energi bersih yang ramah lingkungan.
Meski sedikit pesimis, Prof. Aslan menekankan pentingnya dalam menghadapi tantangan transisi energi, semua pihak harus bersatu untuk mencapai visi bersama yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan upaya kolektif yang konsisten dan komitmen yang kuat, Indonesia dapat menjadi contoh dalam mewujudkan transformasi energi yang sebenarnya. Hanya dengan kerjasama yang solid dan langkah konkret, kita dapat mengubah paradigma energi menuju masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Senada dengan Prof Aslan, Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Sulawesi Tenggara Andi Rahman mengurai, transisi ke energi bersih adalah cara penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi rendah karbon. Dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan memperluas pemanfaatan energi terbarukan, diharapkan tercapai pembangunan berkelanjutan yang dapat mengurangi emisi karbon dan memerangi perubahan iklim. Pemerintah Indonesia menargetkan bauran energi terbarukan mencapai 23% pada 2025 dan 31% pada 2050, sebagai bagian dari upaya dalam Nationally Determined Contribution (NDC). Namun, realisasi target ini masih lambat yang menunjukkan tantangan besar dalam transisi energi di Indonesia, termasuk munculnya “solusi palsu” seperti penggunaan batubara yang diklaim sebagai energi terbarukan.
“Sulawesi Tenggara merupakan wilayah yang menghadapi tantangan besar dalam transisi energi. Wilayah ini menjadi pusat penambangan nikel untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik. Ekspansi industri kemudian menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan, seperti deforestasi, pencemaran air, dan penurunan kualitas ekosistem lokal. Kondisi ini menyoroti pentingnya pendekatan yang adil dalam transisi energi, yang melibatkan masyarakat setempat dan memastikan keberlanjutan lingkungan,”paparnya.
Namun, di tengah upaya menuju energi bersih, muncul fenomena mengkhawatirkan yaitu kemunculan “solusi palsu”. Salah satu contohnya adalah klaim bahwa batu bara dapat dikategorikan sebagai energi terbarukan. Hal ini merupakan manipulasi definisi energi terbarukan yang seharusnya hanya mencakup sumber daya yang dapat diperbarui secara alami, seperti matahari, angin, dan air. Pencemaran informasi semacam ini dapat menghambat progres nyata dalam transisi energi yang sebenarnya.
Penyebaran informasi yang tidak akurat atau janggal tentang energi terbarukan juga dapat merugikan pasar energi bersih. Investor dan pelaku industri cenderung enggan untuk berinvestasi dalam proyek energi terbarukan jika terjadi keraguan atau ketidakpastian mengenai kebijakan pemerintah, konsistensi regulasi, atau stabilitas pasar. Sehingga, penting bagi pemerintah untuk memberikan kepastian dan dukungan yang kuat bagi pengembangan energi bersih guna mencapai target-target yang telah ditetapkan.
Selain itu, kesadaran akan pentingnya transisi energi juga perlu ditingkatkan di kalangan masyarakat secara luas. Pendidikan dan sosialisasi mengenai manfaat dan urgensi beralih ke energi bersih dapat menjadi langkah awal yang efektif dalam merubah pola pikir dan perilaku konsumen. Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak positif dari energi bersih, diharapkan akan tercipta tekanan sosial untuk mendukung percepatan transisi energi.
Pemerintah juga harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil, dalam merancang kebijakan energi yang holistik dan berkelanjutan. Kolaborasi lintas sektor dapat mempercepat inovasi teknologi, mengurangi biaya investasi, dan meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan energi terbarukan. Dengan demikian, transisi energi dapat menjadi lebih lancar dan efektif.
Terkait kegiatan Saresehan jurnalis Ketua AJI Kota Kendari, Nur Sada Kurani, menjelaskan bahwa Media, CSO, dan Akademisi memainkan peran strategis dalam memantau kebijakan transisi energi pemerintah, menyuarakan perspektif lokal, dan mengedukasi penggunaan energi berkelanjutan. Dengan fokus pada kearifan lokal, mereka dapat mendorong pengetahuan masyarakat yang berpotensi mendu
kung transisi energi bersih.
Menurut dia, kolaborasi bersama dengan pemerintah daerah serta edukasi kepada masyarakat mengenai opsi energi terbarukan akan membantu membangun dukungan dan rasa tanggung jawab bersama dalam proses transisi energi ini. “Untuk itu di tahun 2025 ini AJI Kendari bersama Development Dialog Asia (DDA) dan Traction Energy Asia, melalui program Akademi Jurnalis Ekonomi – Lingkungan (AJEL) Tahun Ke-3 mengadakan sarasehan lintas lembaga. Sarasehan ini bertujuan untuk membangun komunikasi dan ruang diskusi mengenai tantangan dalam transisi energi di Sulawesi Tenggara, di tengah maraknya penambangan nikel yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan sumber ekonomi masyarakat,”ungkapnya.
“Diharapkan parapihak dapat berkolaborasi membangun perspektif energi bersih melalui kegiatan diskusi berkelanjutan nantinya,”tambah dia. SK