Humaniora

Mereka yang Masih Kesulitan Air

×

Mereka yang Masih Kesulitan Air

Sebarkan artikel ini

Siang yang terik tak membuat Adi (15 tahun) mengeluh. Ia baru saja hampir menyelesaikan semua pekerjaannya menimba air dan menampungnya ke dalam jerigen. Ia harus bergerak cepat demi memberikan kesempatan pada warga lain untuk mengambil air yang sama di ceruk berukuran 3 x 4 meter itu. Urusan mengayung air memang harus tepat waktu, jika tidak  seluruh permukaan kolam mata air ini akan tertutup saat air laut pasang tiba, dan warga harus menunggu air kembali surut. “Warga di sini harus menghapal waktu pasang surut air, itu wajib,”kata Udin, warga.

Orang watumeeto khususnya di dusun dua ini menyebutnya kolam mata air, walau sebenarnya hanyalah sebuah ceruk yang digenangi  air, agar air tetap tertampung warga memasangi papan  di sisi kanan dan kiri. Kolam ini taki pernah kering meski kemarau panjang.

Tak jelas siapa yang pertama kali menemukan mata air ini, yang pasti kolam  ini sudah ada berpuluh tahun silam. “Dari dulu semua orang desa mengambil air bersih di sini,”kata Adi, warga Samaendre.

Bagi warga, mata air air adalah asset berharga yang keberadaanya cukup dijaga, karena hanya menjadi satu satunya lokasi pengambilan air bersih warga setempat. Dusun di desa ini boleh dikata benar-benar krisis air mengingat tidak adanya fasiltas air bersih di desa ini.

“Saya sudah tahunan tinggal di dusun ini dan kolam mata air ini adalah tempat pengambilan air warga di sini,”kata Udin.     Tak hanya untuk kebutuhan air minum, warga juga menggunakan untuk kebutuhan mandi dan mencuci.

Dusun yang berada di perbatasa antara desa watumeeto dan desa lalonggombu ini berada di pesisir dimana warganya rata-rata warganya bekerja sebagai petambak ikan dan udang. Warga berharap agar pemerintah  segera memberikan perhatian pada masalah air bersih di wilayah mereka. SK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *