Environment

Menjaga Alam dengan Budidaya Perikanan

×

Menjaga Alam dengan Budidaya Perikanan

Sebarkan artikel ini
Ada suka makanan laut alias seafood? Penelitian menyebutkan, dunia bakal kehabisan makanan laut 30 tahun mendatang! Panik? Jangan. Inilah saatnya budidaya, sebagai salah satu solusi memperpanjang usia ketersediaan makanan laut. Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sultra termasuk jagonya budidaya, yang paling tersohor adalah kerapu dan udang vaname. Tapi ada masalah yang mengintai, yaitu lingkungan. Berita Konsel menelisik problem lingkungan dari keramba budidaya kerapu dan udang di sana.
Konsel adalah salah satu daerah di Sultra yang mengembangkan banyak program budidaya. Mulai dari rumput laut, teripang, pohon bakau, udang windu, serta yang paling terkenal; ikan kerapu dan udang vaname. Puluhan miliar rupiah bisa dikantongi konsel dalam Pendapatan Asli Daerah, PAD dari hasil program budi daya.
Budidaya sektor perikanan dipilih karena konsel punya garis pantai terpanjang di Sultra, yaitu lebih 400 kilometer, dengan sepuluh pulau kecil di sekitarnya. Muhammad Ernanto Tawulo Kepala Bidang Budidaya, Dinas kelautan dan Perikanan Konawe Selatan mengatakan, budidaya merupakan solusi yang tepat untuk menjaga habitat laut. “Kalau saya melihat budidaya itu the only strategy untuk melindungi laut. Karena yang merusak laut itu cuma satu: ekonomi. Karena dia mau menangkap ikan.”
Sebelumnya, ikan kerapu ditanyakap nelayan dengan menggunakan bom atau pukat harimau. Ini jelas membahayakan terumbu karang dan hewan-hewan laut lainnya.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Konsel adalah yang pertama kali memperkenalkan metode budidaya perikanan kepada masyarakat Konsel. Yang dicoba pertama adalah budidaya ikan kerapu, sejak 2010 lalu. Sekitar 6 kelompok pelaku usaha mencoba metode baru ini. “Metode budidaya ini diharapkan dapat menjadi contoh untuk daerah lain,”katanya.
“Mewujudkan kelompok budidaya sebagai institusi rujukan dalam pengembangan budidaya laut. Menghasilkan teknologi budaya laut yang adaptif guna mendukung peningkatan produksi perikanan budaya. Mendukung pengembangan budidaya laut di daerah binaan. Penyediaan benih dan sel induk ikan laut bermutu. Penyediaan pakan hidup dalam rangka mendukung pembudidyaan laut. Pengembangan kapasitas SDM melalui pelaksanaan pembina, pelatihan, dan sertifikasi.”katanya.
Proyek budidaya di Konawe Selatan sudah berjalan hampir 10 tahun. Dinas kelautan setempat tetap mengawasi jalannya  budidaya oleh masyarakat Konsel. Kadang langsung mendatangi para pembudidaya untuk memperkenalkan metode baru, atau jika terjadi kerusakan lingkungan di sekitar wilayah pembudidaya.
Budidaya Kerapu
Ikan kerapu ini berasal dari sejumlah pembudidaya di sejumlah kecamatan di Konawe Selatan Ada lebih dari seratusan keramba apung milik pembudidaya. Saya diajak melihat keramba budidaya kerapu berada sekitar satu mil dari pantai di daerah Desa Landipo, Kecamatan Moramo dan Kecamatan Laonti.
Budidaya kerapu terhitung sulit dilakukan. Tempat tinggal ikan harus memenuhi kriteria tertentu, kata Muhammad Ernanto, Kabid Budidaya DKP Konsel. “Perairannya memang harus sesuai dengan persyaratan. Katakanlah kalau kimianya kadar oksigennya, minimal 5 ppm ke atas. Kemudian sanitasinya bisa sampai 32 atau 33 kalau di laut. Kemudian secara fisika kedalaman, arusnya kan gitu. Kemudian yang kita lihat secara ekonominya lebih dekat dengan pantai, lebih bagus. Sekitar 500 meter sapai satu mil laut. Kemudian dari segi sosial jangan sampai di alur pelayaran atau menganggu kegiatan nelayan.”
Kerapu pun baru bisa dipanen setelah 7-15 bulan. Sebab, kerapu harus berukuran minimal 75-100 gram supaya laku di pasar ekspor.
“Yang pertama ya itu tadi ukuran. Ukuran minimal 500 gram itu di kerapu itu. Kedua, ikan itu harus bebas dari hama penyakit ya. Artinya, harus terjamin keamanan pangannya, baik dari logam berat, dari baham-bahan misalnya antibiotik. Logam berat seperti itu harus makanya sertifikasinya atau CBIB-nya harus diterapkan. Ketiga, kuotanya kan. Kalau kapal masuk sini, harus minimal berapa ton kan.”
Pasar ikan kerapu Konsel sudah menembus pasar daerah dan nasional. Konsumen local rupanya tak terlalu berminat dengan ikan kerapu karena harganya yang mahal. Di pasar dunia Harga jual kerapu bebek bisa sampai 50 dolar per kilogram sementara ikan kerapu macan laku di harga 12 dolar per kilo gram.
Budidaya ikan kerapu ini tidak selamanya berjalan mulus. Keramba apung kerapu harus bersih, dan ini kadang sulit terjadi. Salah satu penyebabnya adalah tambak udang vaname, yang ada di hampir seluruh pantai konsel. Sekitar ratusan tambak udang vaname tersebar di daerah ini. Udang jenis ini populer di kalangan pembudiya karena mudah untuk dibudidaya. Dalam setahun, udang vaname dapat dipanen 3 sampai 4 kali. Keuntungan pun bisa mencapai ratusan juta.
Sejumlah kelompok nelayan budidaya sempat mengeluh kotornya air laut akibat pembuangan limbah oleh kapal. “Dia langsung limbahnya, mereka membersihkan kolam langsung dibuang ke laut, itu sangat signifikan merusaknya. Bisa massal, bisa mati ikan itu karena itu merupakan bahan kimia. Jadi ada pencemaran lingkungan. Sedangkan kerapu harus di lingkungan yang bersih sehingga bisa terjadi kematian massal. Nah kita menganjurkan dibuat semacam kolam treatment sebelum buang. Dampaknya langsung kita yang menikmati, kita juga yang rasakan dampak yang buruk. Pencemaran air ini sempat membuat mati sejumlah ikan kerapu miliknya. (SK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *