Humaniora

Mengenang Jejak Dokter Lo Siauw Ging, Sang Pahlawan Sosial di Dunia Kedokteran

×

Mengenang Jejak Dokter Lo Siauw Ging, Sang Pahlawan Sosial di Dunia Kedokteran

Sebarkan artikel ini

Jenasah dokter Lo Siauw Ging, atau yang lebih dikenal sebagai Dokter Lo, sudah dikremasi dan kini telah menjadi debu, namun jejak kebaikan dan pengabdian sosialnya masih terus membekas bagi ratusan bahkan ribuan warga miskin yang pernah menerima pengobatan gratis darinya.

Dokter Lo memulai kariernya sebagai seorang dokter di RS dr Oen Kandang Sapi Solo. Setelah itu dokter Lo pindah ke RS Kasih Ibu. “Kalau kita lihat dokter Lo itu mulai dari RS dr Oen Kandang Sapi kemudian pindah ke Kasih Ibu. Dengan adanya dokter Lo terus berkontribusi nyata. Hampir pasien yang berobat digratiskan sama dokter Lo,” ungkap dia.

Dokter Lo pernah menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Kasih Ibu Solo periode 1981-2004. Setelah pensiun, dokter Lo tetap melayani pasien di rumah sakit yang sama dan di rumahnya di Jagalan, Jebres, Solo. “Setiap hari buka praktik di rumah pagi dan sore. Dan pasien bukan main banyaknya. Beliau itu siapapun tidak pandang bulu semua dibantu sampai sehat kalau perlu dibelikan obat. Iya gratis,” kata Martono.

Martono mengaku terakhir bertemu dokter Lo sekitar sebulan lalu. Dokter Lo berpesan kepada Martono seandainya meninggal dunia untuk dimakamkan secara sederhana. “Kira-kira sebulan yang lalu (bertemu dokter Lo). Kalau saya (dokter Lo) meninggal dimakamkan secara sederhana saja. Petinya minta warna putih. Dan semuanya minta tolong ke saya waktu itu,” ungkap dia.

Diketahui, dokter Lo pernah menerima penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) pada 2020 atas jasanya di bidang kesehatan berupa Mahakarya Kebudayaan. Pemberian penghargaan Mahakarya Kebudayaan “Dokter yang Mengutamakan Kemanusiaan dengan Tidak Memungut Biaya Pelayanan Kesehatan dari Kaum Miskin” diselenggarakan dengan protokol Covid-19 melalui Zoom meeting di kediaman dr Lo di Solo, Jawa Tengah, Kamis (10/9/2020).

Piagam penghargaan diserahkan Ketua Umum Muri Jaya Suprana melalui perwakilan Muri Solo, Mayor Haristanto, kepada dr Lo dengan disaksikan istri dan perwakilan dari RS Kasih Ibu, Haryani. Jaya Suprana mengatakan, dr Lo merupakan tokoh kemanusiaan yang sangat layak menerima anugerah Mahakarya Kebudayaan di bidang kesehatan. “Dr Lo adalah dokter yang mengutamakan pembiayaan kesehatan pada orang miskin,” kata Jaya Suprana.

Dokter Lo bukanlah sosok yang asing bagi warga Solo berkat pengabdiannya selama bertahun-tahun. Walau ia sudah berusia 81 tahun, tapi ia merasa pengabdiannya menjadi dokter belum usai. Lo Siaw Ging kecil lahir pada 16 Agustus 1934 di Kota Magelang, Jawa Tengah. Ayahnya Lo Bian Tjiang, seorang pengusaha tembakau, dan ibunya Liem Hwat Nio, menjadi sosok utama bagi Lo Siaw Ging memilih untuk menjadi dokter.

Sikap hidup bebas memilih dan bertanggung jawab yang dikenalkan sang ayah, membuat Lo semakin mantap untuk menjadi dokter, walau saat itu ia dibujuk untuk menjadi pedagang, profesi yang ditekuni keluarga besarnya. “Ayah saya bilang, kalau memang jadi dokter ya ga usah mikir dagang, kalau dagang ga usah mikir dokter,”kata dokter Lo di tempat praktiknya di Rumah sakit Kasih Ibu, pada hari Jumat (14/8/2015) .

Apa yang diungkapkan ayahandanya tersebut membuat dokter Lo terdorong untuk menolong orang sakit dan tidak mengedepankan untung rugi. Setelah itu, Lo Siaw Ging serius untuk menekuni studi kedokteran, hingga pada tahun 1963 resmi menyandang dokter dari Universitas Airlangga.

Dalam perjalanan karirnya menjadi dokter, ia terinspirasi mentornya, Dr Oen Boen Ing. Dr Oen tersebut yang akhirnya mendirikan rumah sakit bernama Rumah Sakit Dr Oen, menjadi sosok penting bagi Lo untuk benar benar mengabdi kepada pasien miskin. Sikap dermawan dan penuh jiwa sosial yang ditularkan oleh Dr Oen, membuat Lo lebih meyakini bahwa kesehatan adalah milik semua orang, termasuk orang miskin.

Ia juga pernah “marah” kepada pasiennya yang memaksa untuk membayar, meskipun saat itu dokter Lo mengetahui bahwa si pasien tidak punya uang cukup untuk membeli obat. “Apa kamu sudah kaya dan bisa beli beras, kok mau bayar,” ujarnya.

Tidak hanya itu, suami dari Maria Gan May Kwee tersebut juga tidak segan untuk memarahi orang tua pasien karena terlalu lama memeriksakan anak mereka yang sakit. “Saya pernah dimarahi, pas itu anak saya panas tinggi dan setelah tiga hari tidak turun turun, saya bawa ke dokter Lo. sampai sana dimarahi, kok baru sekarang,” kata Yunita, warga Brengosan Solo, yang ditemui di Rumah Sakit Kasih Ibu (14/8/2015).

Kisah kedermawanan dokter Lo asal Solo ini memang sudah menjadi rahasia umum. Tidak hanya warga Solo, namun juga warga dari sekitar Solo, seperti Klaten, Sukoharjo, Boyolali dan Karanganyar. Tidak sedikit warga yang tidak mampu datang berobat ke tempat prakteknya.

Rangkaian kenangan atas kehidupan dokter legendaris ini sudah terukir di benak publik, dan meski beliau sudah tiada, pengaruh yang ditorehkannya dalam dunia kedokteran dan pengabdian sosial akan selalu diingat.

Sebagai salah satu dokter terbaik dan paling berprestasi di Indonesia, Dokter Lo telah memberikan layanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin selama puluhan tahun. Ikatan Dokter Indonesia telah mengakui bahwa Dokter Lo “mendedikasikan hidupnya untuk pengabdian sosial tanpa batas”.

Dokter Lo tidak hanya mengobati dan menyediakan obat-obatan gratis bagi manusia yang membutuhkan, namun juga memberikan semangat dan harapan bagi mereka yang belum tentu mampu membayar jasa medis.

Nilai kemanusiaan yang dipegang oleh Dokter Lo ditampilkan dengan jelas dalam perjuangan hidupnya. Dalam sebuah wawancara delapan tahun lalu, di usia uzurnya, Dokter Lo tak pernah berhenti mempertahankan konsistensi dalam memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada publik.

Memeriksa dan menebus obat-obatan untuk masyarakat kurang mampu, menjadi bentuk nyata dari kemanusiaan yang senantiasa dipelihara oleh Doc Lo.

Kematian Dokter Lo meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan teman-teman yang mengenalnya, namun pemerintah dan masyarakat Indonesia akan selalu menghargai pengabdian sosial yang berharga dari sosok mulia ini. Seperti kata Martin Luther King Jr., “hidup paling keras adalah hidup untuk orang lain”, cita-cita yang selalu dipeluk oleh Dokter Lo dan diwarisi oleh kita semua.

Peninggalan dan pandangan hidup dokter ini akan memberikan inspirasi bagi generasi masyarakat dan dokter Indonesia ke depannya untuk melanjutkan perjuangan dalam mewujudkan akses layanan kesehatan yang merata bagi semua orang. Dokter Lo Siauw Ging, Dia adalah pahlawan sosial di dunia kedokteran yang sangat patut dihormati. Selamat jalan dokter, semoga kedamaian selalu menyertaimu di sisi sang maha pencipta. SK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *