Seputar IslamSemarak Ramadhan

Menapaki Awal Ramadan 1445 H: Pemilihan Takwil atau Teguh pada Sidang Isbat?

×

Menapaki Awal Ramadan 1445 H: Pemilihan Takwil atau Teguh pada Sidang Isbat?

Sebarkan artikel ini

Kementerian Agama Republik Indonesia telah menetapkan awal puasa pada Selasa 12 Maret 2024 dalam Sidang Isbat. Namun, ada pertanyaan apakan kebijakan ini hanya bersandar pada hitungan astronomis atau didasarkan pada aspek lainnya, seperti makna religius.

‐—

Sidang Isbat yang digelar oleh Kementerian Agama pada hari ini, Senin, 11 Maret 2024 menghasilkan sebuah hasil yang sudah diperkirakan, yaitu penentuan awal puasa Ramadan 1445 H yang jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024. Keputusan ini didasarkan pada perhitungan astronomis sebagaimana dalam sebuah laporan yang dipaparkan oleh Kementerian Agama.

Namun, apakah hanya keputusan yang bersandar pada aspek astronomis tersebut yang benar-benar tepat dan dikonfirmasi oleh semua pemangku kepentingan dalam kehidupan beragama di Indonesia? Beberapa kalangan mengemukakan keraguan karena kebijakan pertama yang dipilih dalam sidang Isbat. Tentu saja, kebijakan ini mengecualikan keinginan untuk membahas lebih dalam makna yang lebih tidak dapat dilihat dari hitungan astronomis. Padahal, seperti di Indonesia, banyak tradisi dan praktik keagamaan yang mempertimbangkan faktor lain dalam memilih tanggal yang tepat.

Perlu dicatat bahwa tidak hanya beberapa kalangan yang skeptis terhadap penentuan awal puasa Ramadan yang didasarkan pada hitungan astronomis. Terdapat banyak orang yang ingin ia mempercayakan aplikasi kalender yang ada karena aplikasi tersebut lebih akurat dalam menentukan tanggal hari raya. Meski demikian, ia juga takut bahwa ia kehilangan makna dan tradisi religiusnya akibat dari mempercayai teknologi belaka.

Ada satu hal yang patut dipertimbangkan dalam memilih antara takwil dan teguh pada pengambilan kebijakan dalam hal awal Ramadan. Tentu saja, keputusan yang tepat haruslah mencakup aspek spektrum religius dari seluruh pemangku kepentingan. Lebih penting lagi, ada baiknya kita menambah aplikasi teknologi dengan tradisi beragam kita dalam menentukan tanggal yang tepat. Sebab, kebijakan yang dipilih sebagaimana sidang Isbat harus memperhatikan kepentingan seluruh masyarakat Indonesia, tak hanya sebatas pada hitungan astronomis semata.

Akhirnya, dalam perayaan Ramadan, penting bagi setiap umat muslim di Indonesia untuk menemukan makna religius yang mendalam. Selain menjalankan ibadah, tradisi dan praktik keagamaan dalam kehidupan sehari-hari juga bisa menjadi cara untuk menyelaraskan diri dengan makna kultus religius yang hakiki. Maka dari itu, mungkin dapat dipertimbangkan pemilihan antara teknologi dan tradisi kita, sebelum memutuskan untuk mempercayakan apapun dalam hal penentuan tanggal awal Ramadan di masa yang akan datang. (SK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *