Environment

Melindungi Aroweli yang Langka

×

Melindungi Aroweli yang Langka

Sebarkan artikel ini

Aroweli, aroweli….lihat itu aroweli…,”teriak Mustari. Petugas polisi hutan dari Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) itu girang bukan kepalang, telunjuknya mengarah pada seekor burung jenis aroweli yang terbang rendah, melintas persis di depan perahu yang kami tumpangi.

Burung ini sesekali bisa ditemukan di taman nasional rawa aopa, merupakan jenis burung biasa bermigrasi antar pulau di Indonesia. Saat melakukan jurnalis trip bersama belasan wartawan ditemani petugas Balai Taman Nasional, Kami menyusuri rawa aopa mencari sejumlah burung langka untuk bahan dokumentasi.

Kami menyusuri rawa besar ini sambil menikmati pemandangan alam di sana. Untuk mengamati  burung-burung air yang berjalan bebas di pinggiran rawa Kami harus berperahu di sela-sela teratai yang tumbuh liar di air.

Beruntung kami masih bisa menemukan burung aroweli di tempat itu, sebab sejak banyaknya perburuan liar jenis populasi burung aroweli kian menipis. Aroweli (Mycteria cinerea) adalah jenis burung air yang cukup langka, konon jumlahnya tersisa 3 persen dari total populasinya di dunia karena itu keberadaanya sangat dilindungi.

surga burung di rawa aopa. foto: Joss

Taman nasional rawa aopa memang menjadi surga bagi burung air, keadaan itu pula membuat banyak pemburu burung yang berkeliaran di sekitar lokasi, mereka datang dengan senapan angin dan menembaki burung-burung di sini, dan sebagian lagi menjeratnya.

Para pemburu burung itu berasal dari sejumlah daerah seperti Konawe dan Konawe selatan untuk diperjual belikan. Bukan hanya soal perburuan liar yang kami temukan di tempat itu.

Migrasi Burung

Kami datang di waktu yang tidak tepat, sehingga tidak dapat menyaksikan migrasi burung secara besar-besaran ke tempat itu. “Migrasi burung dalam jumlah besar terjadi di bulan Juli. Sekarang ini hanya jenis burung-burung lokal saja yang bisa ditemukan,”kata Mustari.

Sejak lama TNRAW menjadi perlintasan dan lokasi persinggahan sementara burung antar benua ini. Kabanyakan burung bermirasi dari Australia ke Indonesia diantaranya jenis Pelican.

“Saat itu saya bersama Crew TransTV menemukan dan terpantau pertama kalinya Burung Pelikan (Pelecanus conspicillatus) di Rawa Aopa, salah satu areal konservasi di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Burung jenis migran ini menyukai lahan basah seperti pantai, laut, danau dan rawa. Tersebar di Papua, Maluku Tenggara dan Australia. Pelikan mempunyai kantong khusus di bawah paruh, yang termasuk ke dalam burung famili Pelecanidae. Pelikan termasuk burung karnivora. Jenis makanan terdiri dari ikan, tetapi mereka juga makan amfibi, crustasea dan burung-burung yang lebih kecil. Burung ini sering menangkap ikan dengan memperluas kantong tenggorokan. Kemudian mereka harus menguras kantong di atas permukaan sebelum mereka dapat menelan,”kisah ditulis Mustari Tepu pada akun facebooknya.

Potensi TNRAW yang strategis dan kekayaan sumber hayati nampaknya menarik minat ribuan burung singgah di rawa aopa. Dan penomena migrasi burung ini hanya dapat dilihat dalam periode tertentu yakni di bulan Juli saja. Migrasi adalah perpindahan satwa dari suatu tempat ke tempat lain disebabkan adanya sifat migran, baik antar benua, dalam benua, ataupun dalam arfeal regional dari benua asia ke Australia dan sebaliknya.

Selain burung Australia, burung migrant jiga berasal dari Negara Filipina. Dari hasil penelitian rute yang dilalui burung ini mulai dari Pulau Pilipina, terbang ke Sangihe Talaud (Sulawesi Utara), dan singgah di Rawa Aopa sebelum melanjutkan kembali perjalanan ke Pulau Kalimantan. Menurut Mustari Tepu, kawasan ini juga menjadi habitat berbagai jenis burung, tercatat 200 jenis burung ada di dalamnya, 32 jenis diantaranya tergolong langka dan 37 jenis tergolong endemik. Burung-burung tersebut antara lain maleo (Macrocephalon maleo), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), bangau sandang lawe(Ciconia episcopus episcopus), raja udang kalung putih (Halcyon chloris chloris), kakatua putih besar(Cacatua galerita triton), elang-alap dada-merah (Accipiter rhodogaster rhodogaster), merpati hitam Sulawesi(Turacoena manadensis), dan punai emas (Caloena nicobarica), Terdapat satu jenis burung endemik di Sulawesi Tenggara yaitu kacamata Sulawesi (Zosterops consobrinorum).

 

Burung tersebut tidak pernah terlihat selama puluhan tahun yang lalu, namun saat ini terlihat ada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Dari keseluruhan jenis burung (Aves) yang terdapat di kawasan TNRAW, diantaranya 38 jenis endemic Sulawesi dan 5 jenis endemic Indonesia. Data hasil survey tahun 2004 yang dilakukan LSM Celebes Bird Club, di TNRAW terdapat 99 jenis burung, 17 diantaranya merupakan jenis burung air.

Jenis-jenis burung air yang dapat ditemukan di TNRAW diantaranya jenis alcedinidae yang nama ilmiahnyahalcyon chloris atau cekakak sungai atau nama local tasuke motai berwarna ungu, atau ada juga cekakak yang berwarna merah disebut halcyon coromonda. Di TNRAW juga terdapat jenis burung air itik benjut atau grey teal berwarna coklat keabuan banyak terdapat di danau atau rawan di TNRAW. Adajuga jenis anatidae dengan nama itik penelope yang memiliki tiga bintik kas di seluruh tubuhnya, masuk dalam jenis burung pemgembara dan sering mengunjungi danau atau laut terbuka. (***)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *