Humaniora

Jahe, Korona dan Nasib Petani

×

Jahe, Korona dan Nasib Petani

Sebarkan artikel ini

Pandemi Korona telah merebut segalanya, termasuk melambungkan harga jahe di pasaran. Para pedagang benar-benar paham jika jahe menjadi barang paling laris diburu di masa pandemi ini, sehingga tak ada pilihan lain selain menaikkan sedikit harga jahe dari biasanya.

Harganya bervariasi dan pernah menembus angka Rpo.150.000 per kilo gram. Harga ini mencapai empat kali lipat dibanding harga sebelum pandemic ini datang meneror dunia. Harga yang membuat sejumlah ibu ibu ketar ketir.

“Harga jahe sekarang terbilang mahal, Saya beli seperempat kilo harganya sudah 30 ribu rupiah,”ungkap Rosna, ibu rumah tangga di Kendari.

Kerisauan juga menghinggapi para pedagang minuman berbahan jahe, kondisi yang memaksa pedagang ikut arus menaikan harga, Seolah tidak ada pilihan, para pedagang Sarabba (minuman berbahan  jahe) harus menaikkan harga  di tengah situasi yang serba sulit seperti ini.

Jika sebelumnya harga sarabba di jual 7000 per gelas, kini pedagang menjual seharaga 10000 per gelas. Di Kendari terdapat sejumlah lokasi penjualan sarabba, diantaranya di kawasan pusat keramaian Kendari Beach, Bundaran Mandonga dan Jalan Saranani Kendari.

Jahe, adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Jahe termasuk suku Zingiberaceae.

Manfaat jahe bukan hanya sebagai tumbuhan yang bisa menghangatkan tubuh saja. Jahe merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara. Tanaman jahe ini kemudian menyebar ke berbagai negara. Terkenal karena aromanya yang khas, jahe dijadikan bahan masakan sekaligus pengobatan alternatif di Cina, India, hingga Timur Tengah. Saat memilih jahe terutama jika ingin Anda gunakan untuk pengobatan, Anda dapat memilih jahe yang masih segar, strukturnya kokoh, halus, dan tidak berjamur. Apa saja manfaat jahe yang bisa Anda dapatkan untuk kesehatan?

Di masa pandemi korona beberapa ahli medis tanpa telah ikut andil melambungkan harga jahe di pasaran, dimana salah satu manfaat jahe diyakini menaikan imun sebagai penangkal korona.

Dalam dunia medis, jahe dianggap membantu proses detoksifikasi dan mencegah penyakit kulit, dimana  Jahe menjadi salah satu jenis makanan yang disebut diaphoretic, manfaat jahe juga dapat memicu keluarnya keringat. Pengeluaran keringat bermanfaat bagi Anda terutama saat manusia sedang demam atau flu. Selain membantu proses detoksifikasi, berkeringat juga ternyata dapat melindungi  manusia dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit. Para ahli meneliti sejenis protein yang disebut dermicidin, diproduksi pada kelenjar keringat dan berfungsi melindungi tubuh dari bakteri seperti E. coli, staphylococcus aureus, serta jamur yang dapat menyebabkan penyakit kulit.

Nasib Petani Jahe

Sisi positif dari kenaikan harga jahe sudah sepantasnya membawa kebahagiaan bagi petani  jahe. Mereka menyambut seharusnya menyambut gembira kabar ini, setelah bertahun-tahun harga jahe terus mengalami pasang surut di pasaran. Sayangnya tidak semua petani mengetahui informasi harga pasar, sehingga tetap menjual dengan harga murah ke para spekulan pasar.

Spekulasi harga di tengah pandemic korona membuat banyak sekali pedagang yang berburu jahe hingga ke daerah pelosok, mereka membeli langsung ke petani dan menjualnya berkali lipat. Nasib petani jahe benar-benar simalakama, baik saat sebelum pendemi korona datang maupun  sebelumnya. Rendahnya harga jahe di pasaran membuat sejumlah petani memilih banting setir menanam tanaman lain, sebagai alternative memenuhi kebutuhan hidup mereka. SK

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *