Humaniora

Indahnya Ramadhan di Desa

×

Indahnya Ramadhan di Desa

Sebarkan artikel ini

Kegembiraan menyambut Bulan Ramadhan begitu terasa di Desa Tampara, Kecamatan Kaledupa Selatan, Kabupaten Wakatobi.  Apalagi ramadhan tahun ini adalah ramadhan perdana dibuka untuk umum pasca melandainya wabah covid 19. Sejak bulan rajab, Sya’ban warga merancang sejumlah kegiatan keagamaan,  diantaranya tadarus quran, buka puasa bersama warga desa, lomba anak-anak dan remaja termasuk merayakan 17 Ramadhan sebagai malam turunnya Al Qur’an, serta agenda takbiran menyambut Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1442 H. Aneka kegiatan ini diinisiasi pemerintah desa tampara namun semua desain acara dan penyelenggara oleh Remaja Masjid.

Kegiatan buka puasa bersama di masjid At Taqwa. foto: Ningsi

 

Kemeriahaan makin berarti dengan aktifnya kembali Remaja Masjid Tampara setelah puluhan tahun  remaja masjid vakum alias tidak beraktivitas. Remaja Masjid yang baru terbentuk pada16 Juni 2020, menempatkan  Jamji sebagai Ketua Remaja Masjid At Taqwa dan Nur Absa sebagai Ketua Remaja Masjid Amal Sholihin.  Moment indah ini disambut meriah para remaja di desa ini.

Terbentuknya Remaja Masjid adalah salah satu upaya dari pemuda-pemudi desa yang tergabung dalam Forum Pemerhati Remaja Masjid mengajak remaja bergiat positif berkumpul belajar besama, musyawarah, berdiskusi, bertukar pendapat, belajar baca Al Qur’an, mengkatifkan tadarrus di Masjid guna memfasihkan bacaan bagi anak-anak dan remaja yang masih terbata-bata membaca Al Qur’an sebagai bentuk cara pemuda dan remaja yang merupakan entitas masyarakat untuk memakmurkan masjid. Karena memakmurkan masjid adalah bentuk ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. At Taubahayat 18 “Sesungguhnya hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, serta menunaikan zakat dan tidak takut (kepadasiapapun)  selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan-golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Kegiatan tadarus quran di masjid At Taqwa. foto: Ningsi

Selain itu, dalam hadist riwayat al Tirmidzidari Abu Sa’id al Khudry, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya, “apabila kamu melihat seseorang biasa pergi ke masjid maka saksikanlah ia benar-benar beriman, karena sesungguhnya hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.”

Aktifnya remaja masjid memang memiliki nilai positif salah satunya menghidupkan kembali kegiatan keagamaan serta  mencegah timbulnya konflik antara pengurus. Namun mengkoordinir dan menghadirkan remaja pada pertemuan-pertemuan bukanlah hal mudah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya karena remaja Desa Tampara tidak biasa dalam berkumpul guna musyawarah membahas hal yang menyangkut kehidupan social remaja, factor Covid 19 yang mengharuskan remaja di rumah saja sehingga berdampak pada inisiatif remaja untuk mau dan/atau tidak mau berkumpul dalam suatu ruang diskusi, serta karena vakumnya kepengurusan Remaja Masjid Tampara yang begitu sangat lama.

Terhitung hampir setahun, remaja terus bergiat dengan melakukan pertemuan-pertemuan untuk menguatkan keorganisasian dan berkampanye dalam desa demi mengunggah keterlibatan dan partisipasi remaja dalam perkumpulan remaja yang bernama Remaja Masjid.

Aktifnya Remaja Masjid, menjadikan remaja aktif bersosial, berkumpul, bermusyawarah, Tadarrus dan belajar baca Al Qur’an serta shalat berjamaah di Masjid. Tadarrus mulai dilakukan sejak bulan Sya’ban hingga Ramadhan saat ini dengan jadwal tetap Ramadhan yakni Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu. Selain itu, giat Remaja Masjid diturut sertakan dan berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan social masyarakat seperti pada Safari Ramadhan oleh Pemerintah Desa, diundang dan berpartisipasi pada acara buka puasa bersama oleh warga desa, serta menginisiasi buka bersama di Masjid setelah tadarrus hari Kamis dan merencanakan beberapa agenda Ramadhan seperti, buka puasa bersama warga desa, lomba anak-anak dan remaja serta agenda Takbira nmenyambut Hari Raya Id Fitri, 1 Syawal 1442 H. Memasuki 17 Ramadhan sebagai malam Turunnya Al Qur’an, remaja masjid bergiat memperingati momentum Nuzul Qur’an yang diinisiasi Pemerintah Desa, dengan desain acara dan penyelenggara oleh Remaja Masjid.

Keaktifan remaja di dalam perkumpulan Remaja Masjid Tampara diharapkan dapat meminimalisir aktivitas remaja yang banyak membuang waktu untuk yang tidak mengandung kebermanfaatan, misalnya mengurangi kesibukan remaja dan anak-anak dari main game online, serta aktivitas lainnya yang tidak bermanfaat.

Dikutip dari nasehat Bapak Askahari,S.Ag, selaku Pembina Senior Remaja Masjid Tampara, pada pertemuan Koordinasi persiapan Nuzul Qur’an 1442 H bahwa “Dengan adanya Remaja Masjid diharapkan lebih peduli dengan masalah-masalah keislaman, remaja masjid harus memiliki pengetahuan keislaman, karena dalam pendidikan kita memiliki jurusan/bidang keahlian yang berbeda-beda, tapi disiplinilmu yang kita miliki harus didasarkan pada pengetahuan Islam yang mantap supaya dalam impelementasinya tidak melenceng dari ajaran agama. Beliau melanjutkan nasehatnya, bahwa kita harus perbanyak bidang ilmu yang kita ketahui supaya kita tidak kaku, tidak hanya sebatas cerdas dan pintar pada satu bidang tertentu, tapi memiliki kemampuan dan pengetahuan di bidang apa saja. Disiplin ilmu yang dimiliki tersebutakan menjadi fondasi dalam bertindak dan tidak melenceng dari fitrah kita sebagai manusia yakni fitrah islam. Karena Islam adalah agama untuk semua orang. Sejak turunnya Al Qur’an, agama Islam adalah agama yang rahmatanlil’aalamiin, rahmat untuk seluruh alam.Maka dengan adanya remaja masjid dapat menjadikan masjid sebagai tempat bertemu berdiskusi dengan keberagaman pengetahuan, namun tetap bernafaskan keislaman”.

Seperti diketahui, setahun telah berlalu aktivitas manusia dalam batasan. Itulah huru hara Covid-19. Bukan hanya pada aktivitas sosial, sekolah, kantoran dan kekeluargaan yang dibatasi, namun aktivitaskeagamaan pun tak luput dalam batasan.Bukan kesengajaan, namun karena situasi mengharuskan tindakan demikian. Di rumah saja, cuci tangan dan jaga jarak.Tiga kalimat reklame tersebut adalah seruan berulang yang dipromosikan oleh pemerintah maupun masyarakat yang disebut dengan Protokol Kesehatan. Merajalelanya Covid-19 tidak hanya membatasi aktivitas masyarakat perkotaan yang padat penduduk, melainkan aktivitas masyarakat pedesaan pun dibatasi.

Moment Ramadhan adalah salah satu dampak dari Covid-19. Ramadhan yang ramai ceria, menjadi mendung gelap karena ketiadaan aktivitas keagamaan, mulai dari tidak diperbolehkannya melaksanakan shalat berjamaah di masjid, atau shalat jum’at dengan protocol kesehatan, tidak adanya shalat tarawih dan witir sebagai ajang perlombaan masyarakat untuk menghadiri masjid pada bulan ramadhan sebagai bentuk peningkatan ibadah kepada Allah SWT, dan tak satu pun aktivitas yang diperbolehkan yang berbau berkumpulnya orang banyak. Masjid dan desa pun menjadi sepi dibuatnya. Itulah pemandangan Tahun 2021, yakni suasana Ramadhan pada 1441 H dalam Pandemi Covid-19. **

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *