Environment

Tradisi Lepas Penyu dan Lobster di Wakatobi

×

Tradisi Lepas Penyu dan Lobster di Wakatobi

Sebarkan artikel ini

Masyarakat bajo di pesisir pulau tukang besi di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara memiliki kebiasaan melepas penyu dan satwa laut lainnya ke laut dalam. Tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta  sekaligus kepedulian masyarakat bajo terhadap pelestarian aneka satwa laut.

Mereka meyakini dengan melepas penyu hidup dan loster ke habitannya, maka akan menambah rezeki hasil laut mereka. Ritual ini juga menunjukkan kepedulian masyarakat bajo atas pelestarian satwa dan lingkungan di kawasan pesisir.

Biasanya ritual melepas penyu ini dilakukan masyarakat saat bersamaan musim ombak besar telah berakhir, sebagai tanda dimulainya kembali aktifitas mencari ikan atau hasil laut. Sebelum acara pelepasan dimulai terlebih dahulu dilakukan upacara ritual di atas sebuah kapal nelayan dan disaksikan ratusan warga nelayan.

Aneka tarian disuguhkan dua orang penari diiringi tabuhan gendang dan gong sebagai tanda untuk mengawal ritual hingga tuntas.  Sejumlah kaum perempuan dengan penuh hikmat melantunkan puji-pujian dan mantra yang ditujukan kepada Sang Pencipta yang menguasai alam. Ini dimaksudkan agar ritual dapat berjalan lancar  tanpa hambatan apapun.

Puncaknya saat tiga tokoh adat bajo memulai sangal di atas sampan kecil. Di sana mereka membawa aneka sesajian seperti, pisang, beras,  bunga dan makanan yang di buang  ke laut sebagai persembahan apa yang mereka sebut umbo madelao. Selanjutnya barulah satwa laut seperti penyu/ ikan dan udang lobster dilepas.

Bagi masyarakat bajo, Umbo Madelao atau penguasa laut adalah leluhur mereka yang diyakini memberikan berkah kemakmuran bagi masyarakat bajo  dimana pun berada.

Hugua, sesepuh masyarakat bajo mengatakan, upacara pelepasan penyu ini merupakan kegiatan tahunan masyarakat bajo khususnya di pesisir wakatobi demi menjaga kawasan tubba katutuang atau kawasan terlarang bagi eksploitasi hasil laut. Kawasan terlaran inidisepakati oleh masyarakat bajo sejak tahun 2000 lalu. Ritual ini untuk mengajak semua pihak agar lebih peduli pada upaya pelestarian lingkungan. SK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *