Humaniora

Terpaksa Bohongi Isteri Demi Cicil Mobil

×

Terpaksa Bohongi Isteri Demi Cicil Mobil

Sebarkan artikel ini

Jalan poros bypass Lepo-lepo baru saja beranjak malam. Namun lalulalang kendaraan semakin ramai saja. Buru-buru Pak bangun menyalakan lampu neon yang dihubungkan melalui kabel kecil ke aki mobil. Seketika seluruh isi mobil pikap dan sekitar area terang benderang Hari itu, tak ada lagi penjual selain pria tua itu, semua pedagang buah yang sering mangkal sudah beranjak pulang sejak sore hari.

Di bawah lampu neon, Pak Bangun melayani pembeli. Nenas yang sedari pagi dipajang di pinggir jalan baru laku menjelang malam. Nenas besar sedianya dijual Rp 35.000 per biji, terpaksa dijual Rp.25.000.

“Tak apa, terpaksa dijual murah, kan sudah malam juga,”katanya dengan suara datar.

Di usianya nyaris 70 tahun itu Ia tetap setia dengan profesinya sebagai pedagang buah keliling. Pria asal Landono, Kabupaten Konawe Selatan dulu berjualan dengan menggunakan sepeda motor, namun rezeki membuatnya membeli mobil pikap untuk berdagang.

“Mobil bekas seharga 50 juta saya cicil selama 3 tahun. Alhamdulillah sudah lunas,”ujarnya.

Kisah nyicil mobil pak bangun memang unik sekaligus penuh perjuangan. Ia terpaksa harus membohongi isterinya soal penghasilan dari berjualan.

“Saya bilang penghasilan kurang, taunya lebih, sisa uang itu yang saya kumpul untuk bayar cicilan mobil tiap bulan,”ungkapnya, sembari tertawa. “Istriku kaget sekaligus senang sampe nangis saat mobil saat saya antar ke rumah,”kisah Pak Bangun.

Pak Bangun bersama pedagang buah lainnya memanfaatkan bahu jalan baypass untuk mengais rejeki. “Di sini sekitar 7 penjual buah, sebagian sudah memiliki mobil dan sebagian lagi pakai motor,”ujarnya.

Kebanyakan pembelinya adalah warga pelintas jalan baypass Lepo-lepo yang rata rata menggunakan mobil. “Lumayan kadang ada yang beli dua sampai tiga biji nenas,”kata Bangun.

Tak hanya buah nenas yang dijualnya, melainkan aneka buah; seperti, salak, pepaya, nangka, pisang, rambutan dan juga durian. “Tergantung musim buah, kalo musim nenas ya pasti nenas yang banyak, atau durian ya durian yang banyak dijual,”ujarnya.

Buah buahan dibelinya juga dari pemilik kebun buah di landono maupun dari penyuplai buah dari makassar maupun kendari. “Kebanyakan saya beli juga dari pedagang buah dari makassar atau beli langsung di kebun orang di landono,”jelasnya.

Semangat Pak Bangun memang tak jauh beda dengan kebanyakan pedagang buah di kota kendari. Asa untuk terus mencari cuan di usia senja  tak kalah dengan anak-anak muda, masih menyala. Semua itu dilakoninya demi menghidupi keluarga tercinta. Dari berdagang buah Bangun menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak anaknya. SK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *