Jelajah

Pantai Batu Jaya dan Kisah “Kombatan” DI TII

×

Pantai Batu Jaya dan Kisah “Kombatan” DI TII

Sebarkan artikel ini

Pantai berpasir lembut ini merupakan satu dari lima pantai yang di miliki Desa Batu Jaya, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan. Pantai ini menjadi salah satu spot andalan desa berpenduduk 300 jiwa lebih tersebut. Akses menuju pantai cukup strategis di jantung kawasan wisata tanjung amolengu .

Dari lima pantai ini, maka pantai ini yang menjadi favorit Saya, yakni pantai kembar dengan lengkung garis pantai yang indah. Hanya ada lima unit rumah  yang berjajar dipinggir pantai ini. Rumah rumah berbahan kayu ini sebagian sudah dimakan usia, lapuk dan tak terawat. Oleh pemerintah desa, nantinya rumah-rumah ini akan digunakan sebagai homestay bagi pengunjung. Pantai ini sebenarnya cukip bersih dari sampah plastik, juga jauh dari pusat desa. Hanya ada beberapa nelayan yang sewaktu waktu terkadang mampir untuk berlindung dari badai. Karena itu, Saya yakin pantai akan disukai para pelancong yang tidak menyukai keramaian.  Hanya saja, satu kekurangan di area pantai ini adalah minimnya ketersediaan sumber air tawar di area ini. Pemilik rumah membawa air dari desa utama yang berjarak satu kilo meter dari pantai ini.

Untuk mendorong terwujudnya kepariwisataan desa,  masyarakat dan pemerintah Desa Batu Jaya bercita cita menjadikan desa mereka sebagai salah satu desa wisata, layaknya m desa tetangga mereka Desa Wisata Namu.

Seperti diketahui, Batu Jaya adalah sebuah desa pesisir. Bagian Selatan dan Barat desa ini berbatasan langsung dengan Selat Buton, sedang bagian utara dan timurnya masing masing berbatasan dengan Desa Namu dan Desa Langgapulu.

Desa Batu Jaya memiliki pantai berkontur landai dengan hamparan pasir putih yang indah dipandang mata. Pantai tersebut ditumbuhi jejeran pohon kelapa yang sudah cukup tua, terlihat dari ketinggian batang-batang pohon tersebut. Beberapa batang pohon kelapa tumbang karena pasir tempat tumbuhnya terkikis oleh air laut. Di beberapa bagian pantai desa yang seluruhnya adalah pantai berpasir putih, teronggok pokok-pokok kelapa yang telah tumbang sehingga mengesankan jika pantai desa ini telah mengalami abrasi yang serius.
Terletak kurang lebih 110 km dari ibu kota Kabupaten Konawe Selatan, atau kurang lebih Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Namu, sekira 12 km dari ibu kota kecamatan, Laonti. Desa Batu Jaya berada diantara: Sebelah Selatan berbatsan dengan Selat Buton, Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Langgapulu.

Secara topografis, wilayah desa didominasi oleh perbukitan dengan kelerengan yang cukup curam. Daerah dataran desa ini terbilang sedikit, yaitu diperkirakan tidak sampai satu persen dari luas total wilayah desa. Wilayah dataran inilah tempat pemukiman warga tersebar dengan bentuk memanjang mengikuti bentuk dataran.
Dataran tersebut berada di dalam teluk kecil dengan cekungan yang lebar, dengan area landaian yang rata-rata berlebar hanya sekitar 100 meter dihitung dari garis pantai. Area landaian tersebut, yang berbatasan langsung dengan lereng-lereng bukit, dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat membangun rumah. Demikian sehingga rumah warga tersebar memanjang, diapit oleh garis pantai dan kaki perbukitan.

Wilayah Desa Batu Jaya secara keseluruhan berbentuk segitiga yang hampir sama sisi. Pemukiman warga, yang mengikuti garis pantai, berada di sisi tenggara desa. Wilayah desa selebihnya, yang merupakan daerah perbukitan, terdiri atas kebun warga dan areal hutan. Areal hutan Desa Batu Jaya terlihat cukup terawat. Kecuali pembukaan hutan untuk keperluan kebun, terutama kebun jambu mete, tidak ada aktivitas perambahan yang berarti di kawasan hutan Desa Batu Jaya. Warga tidak melakukan logging. Demikian sehingga mata air yang berada di dalam kawasan hutan desa ini terus menyediakan air di sepanjang tahun dengan kualitas air yang secara kasat mata sangat baik, sejuk dan jernih.

Sekitar 2 km di bagian Utara pemukiman warga, pantai desa ini diisi oleh tumbuhan mangrove. Vegetasi tersebut tampak cukup rimbun dan alami. Di antara vegetasi tanaman pantai tersebut terdapat beberapa petak kebun warga. Kebun-kebun tersebut, menurut warga adalah lahan yang sejak dulu tidak ditumbuhi mangrove, atau dengan kata lain, lahan-lahan kebun itu tidak berasal dari pembukaan areal mangrove. Kebun-kebun tersebut ditumbuhi beraneka ragam tumbuhan, terutama kelapa yang merupakan salah-satu komoditas andalan warga desa.

Desa Batu Jaya dulu dikenal dengan sebutan Watundoluboto, yang berarti “tiga buah batu” dalam bahasa setempat. Suku yang terdapat di desa ini yaitu suku Tolaki, Bugis, Buton dan Muna. Namun Desa Batu Jaya menggunakan bahasa sehari hari dengan bahasa Kulisusu, mayoritas penduduk Desa Batu Jaya memeluk agama Islam.

Batu Jaya merupakan pecahan dari desa Namu. Desa Batu Jaya berada di Kecamatan Laonti yang panjang perkampungannya membentang dari Selatan ke Utara yang panjangnya kurang lebih 800 meter. Keadaan kampung Desa Batu Jaya dibagi menjadi 4 dusun: dusun 1, merupakan pemukiman masyarakat, selain pemukiman masyarakat terdapat bangunan pemerintah dan fasilitas umum seperti masjid dan sekolah dasar. Dusun 2, juga terdiri atas pemukiman, tetapi tidak terdapat sarana umum. Dusun 3, pemukiman dan beberapa fasilitas umum seperti kantor Desa, kantor PKK, kantor LPM dan pemukiman masyarakat, serta terdapat Tempat Pemakaman Umum (TPU), dan di dusun ini setiap tahunnya terjadi banjir bah. Dan dusun 4 yang juga berisi pemukiman.

Mata Pencaharian

Mata pencaharian Desa Batu Jaya adalah pekebun dan nelayan. Para pekebun menanam tanaman jangka panjang seperti jambu mete dan kelapa, sedangkan para nelayan menangkap berbagai jenis ikan karang dan ikan pelagis. Untuk ikan karang, mereka menangkap ikan kerapu, katamba, kakap, dan baronang. Sedangkan untuk ikan pelagis mereka menangkap ikan-ikan pelagis kecil seperti ikan kembung, tongkol, layang, dan cakalang. Pada musimnya, mereka juga menangkap ikan tenggiri, gurita, cumi-cumi, dan teripang.
Berdasar jumlah, pekerjaan utama warga Desa Batu Jaya adalah pekebun, yaitu menempati 78% dari jumlah KK desa. Disusul nelayan, menempati 22% jumlah KK atau sebanyak 20 KK. Di bidang perikanan, ada 5 (lima) jenis alat tangkap utama yang digunakan yaitu:
Berdasarkan data tersebut, sebanyak 87 jiwa penduduk Desa Batu Jaya atau 60% barmata pencaharian

Sejarah

Sejarah Terbentuknya Desa Batu Jaya terbentuk pada tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Desa Namu, desa yang saat ini berbatasan dengan Desa Batu Jaya di sebelah Utara. Sebelum menjadi desa tersendiri, Desa Batu Jaya adalah sebuah dusun dengan nama “Watundulowoto”, istilah dalam bahasa setempat yang berarti “tiga buah batu”.

“Batu Jaya” adalah pengindonesiaan dari nama tersebut. Nama “tiga batu” adalah sebuah hyponim geografis. Nama ini berasal dari tiga puncak batu pada bongkahan karang besar yang berada di ujung kiri teluk yang berada di depan desa. Ketiga pucuk tersebut menyembul menyerupai tiga buah batu yang terpisah pada saat terjadi air pasang, menyebabkan sebahagian besar bongkahan besar karang tersebut tersembunyi di bawah permukaan air. Ketiga pucuk tersebut menjadi semacam penanda geografis desa.

Menurut para tokoh desa, perkampungan Watundolowoto terutama berkembang pada tahun 60an oleh para pelaku pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan. Memasuki masa kemunduran pemberontakan tersebut pada tahun paruh pertama tahun 60an, banyak kombatan pemberontak yang melarikan diri ke daerah Konawe Selatan, termasuk ke Dusun Watundulowoto.

Dalam keterangan sekretaris desa batu jaya, bahwa, desa ini bisa dibilang dibangun oleh para mantan DI/TII. “Makanya di sini banyak juga orang Bugis selain orang Muna dan Bajo,”ungkapnya.

Sementara Basman, Kepala Desa Batu Jaya menambahkan  jika di desanya ada sejumlah sisa sisa peninggalan DI/ TII yakni berupa markas dan lapangan tempat latihan perang para pemberontak di masa lalu. Lokasinya terletak di belakang desa, dekat bukit yang ditumbuhi pepohonan kelapa. “Kita butuh waktu beberapa menit untuk mencapai lokasi ini,”kata Basman.

Sejak menjadi desa sendiri, Batu Jaya mengamalami cukup banyak perubahan secara fisik.
Meski sejak terbentuk pada 1999 beberapa prasarana dasar seperti sumber listrik dan jalan raya belum tersedia di desa ini, beberapa prasarana telah terbangun. Seperti jalan desa, dermaga, dan bangunan sekolah dasar. Saat ini di Desa Batu Jaya juga sedang berjalan pembangunan jaringan pipa air bersih dari pemerintah pusat. Sedangkan secara sosial, Desa Batu Jaya dapat dikatakan tidak mengalami perubahan sejak resmi menjadi sebuah desa sendiri. Sejak resmi menjadi desa, Desa Batu Jaya telah mengalami 3 kali pergantian kepala desa. Sk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *