Pariwisata

Sumber Sari Berpotensi Menjadi Desa Wisata

×

Sumber Sari Berpotensi Menjadi Desa Wisata

Sebarkan artikel ini

Saat orang-orang mulai mengaitkan air terjun moramo dengan legenda tujuh bidadari dan mengulasnya panjang lebar, sejak itu pula proyek infrastruktur wisata jor-joran masuk, seolah tak pernah putus digarap daerah melalui sokongan dana pusat, hampir lebih dari dua dekade lamanya. Miliaran dana telah digelontorkan demi memoles wajah pariwisata ini. Semua sarana prasarana penunjang wisata seperti area parker, MCK umum, gazebo, mushala, rest area dan lokasi pedagang kaki lima dibangun di sana.

Moramo pun tampil sebagai ikon pariwisata Sulawesi Tenggara. Ikon yang belum tergantikan hingga kini, di tengah makin banyaknya wahana wisata alam baru bermunculan. Moramo bertahan dengan keanggunan hutan alamnya dan keindahan bantal cascade. Sepanjangan ingatan saya, moramo waterfall sudah cukup lama menyihir banyak orang untuk hadir di sana.

Sayang, angka pengunjung belum terlalu menonjol dan tentu saja berdampak pada minimnya pendapatan daerah. Artinya, dana besar untuk pembangunan belum sebanding pemasukan di sektor ini.

Saya merasakan betapa berat tugas yang dipikul Dinas pariwisata sebagai dinas teknis di tengah harapan banyak pihak yang menginginkan perubahan besar di sektor ini. Dan menjawab harapan banyak kalangan pastilah tak segampang membalikkan telapan tangan, butuh data 4.1 .

Saya yakin dinas pariwisata konawe selatan sekarang ini digawangi sumber daya yang jauh lebih kompeten di bidangnya, kreatif dan tentu tidak minim gagasan. Mereka pastilah tidak akan bermasa bodoh dengan keadaan, jika tidak ingin “dijewer” dengan Pak Bupati, sebab Bupati Konsel saat ini—Pak Surunuddin Dangga–tengah giat-giatnya mendorong kepariwisataan sebagai salah satu sektor andalan daerah ini.

Dua tahun ini setidaknya ada perubahan mendasar strategi pembangunan kepariwisataan Konawe Selatan. Dimana dinas mulai lebih memberi ruang kepada masyarakat pedesaan sebagai motor penggerak kepariwisataan dengan pola pemberdayaan. Kita sama taulah bahwa, sesungguhnya desa lah pemilik sumber daya alam itu. Harapan ini sejalan dengan misi pemerintah konawe selatan untuk memajukan desa sebagai ujung tombak pembangunan agar konsel bisa tampil hebat sebagaimana tagline beliau “Desa Maju Konsel Hebat”.

Nah, kembali ke Moramo, mungkin saatnya diciptakan pariwisata baru di sekitar kawasan sebagai penunjang obyek wisata yang sudah melegenda itu. Salah satunya dengan mendorong lahirnya desa wisata sebagai spot pariwisata baru berbasis agrowisata dan budaya. Apalagi, desa sumber sari sebagai pintu masuk wisata air terjun moramo merupakan desa penghasil pertanian yang besar, karena memiliki potensi persawahan yang cukup luas. Potensi lainnya yang dimiliki desa berpenduduk kurang lebih 200 KK ini diantaranya. potensi palawija, perikanan darat dengan ikan air tawar, Kehutanan baik hutan maupun hutan non kayu seperti rotan, madu, anggrek,dll.

Jika melirik pengembangan desa wisata di Indonesia berbasis agrowisata, maka Desa Sumber Sari cukup layak untuk dikembangkan sebagai desa wisata, mengingat sumber sari merupakan jalur sutra wisata yang selalu dilalui wisatawan menuju air terjun moramo.Di samping potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki, sarana dan prasarana penunjang wisata juga sudah tersedia di desa ini, seperti rumah singgah layak huni milik warga yang bisa disulap menjadi homestay, MCK umum, sarana ibadah serta para pemuda desa yang bisa dilatih menjadi guide wisata. Tinggal dipoles dengan spot wisata di sejumlah titik di desa ini, agar dapat menarik minat wisatawan yang berkunjung. Menjamah air terjun Moramo tidaklah sulit, karena, jarak tempuh dari ibukota tidak terlalu jauh, ditunjang sarana jalan raya yang mulus hingga ke area lokasi wisata.

Saya membayangkan kelak wisatawan lokal yang hendak ke air terjun bisa mampir ke desa menikmati hidangan kopi panas di warung tradisional di tengah hamparan persawahan, menikmati ikan bakar di lokasi pemancingan air tawar di antara tanaman padi (mina padi), atau mampir membeli hasil hasil bumi di pasar tradisional desa sumber sari, terbayang pula para wisatwan dapat memetik langsung buah naga di perkebunan warga. Juga bisa menginap di homestay sembari menonton pementasan seni budaya desa. Amazing pastinya.

Mendorong desa sumber sari sebagai desa wisata sebenarnya sudah pernah digagas bersama oleh desa dan kelompok pengiat wisata bersama sejumlah mahasiswa, bahkan tahapan perencanaan dan pekerjaan pembangunan spot wisata sudah dilakukan dengan membangun papan branding selamat datang di Desa Wisata Sumber Sari, spot selfie kupu-kupu dan taman wisata desa yang terletak di areal persawahan desa sumber sari. Spot-spot wisata ini sebagai pemantik giat wisata desa yang bertujuan untuk menggerakkan ekonomi desa dan menjaga kulitas lingkungan hisup di desa sumber sari.

Sebenarnya dalam perencanaan panjang Kami, masih ada beberapa kelanjutan pembangunan spot wisata yang akan dibangun diantaranya jembatan bambu di atas sawah dan pembangunan cafe sawah yang dapat menarik minat wisatawan lokal untuk berkunjung. Serta membangkitkan kembali aneka kerajinan yang sudah lama ditinggalkan masyarakat.

Saat pertama kali hadir di Sumber Sari tahun 2018 lalu saya sempat berdiskusi panjang dengan masyarakat setempat dan Kepala Desa Sumber Sari. Mereka punya asa dan berharap agar desanya dapat berbenah menjadi salah satu desa yang mengembangkan pariwisata. Bahkan bersiap bekerja sama dengan banyak pihak mendorong terwujudnya desa wisata sumber sari. Namun, belakangan semangat itu meredup tanpa sebab, anehnya sikap sang kepala desa juga berubah apatis dan tidak lagi peduli. Padahal, sebagian anak mudanya sudah siap berbenah bahkan berencana menghidupkan kembali kesenian lokal sumber sari. Maka itu Saya lebih senang menyebut desa sumber sari sebagai penyangga pariwisata air terjun moramo. Seperti kata Kawan Saya, saatnya untuk meninggalkan praktek keserakahan, menggenjot ekowisata, membangun homestay di setiap kampung, dan tentu saja melibatkan partisipasi masyarakatnya.

Naskah & Foto: Joss Hasrul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *