Historia

Peradaban Tua Suku Tolaki Mekongga

×

Peradaban Tua Suku Tolaki Mekongga

Sebarkan artikel ini
Sebuah gua di Desa Purau Kecamatan Lapai, Kolaka Utara Sulawesi Tenggara, menyisahkan petunjuk yang sangat menakjubkan. Betapa tidak, didalam gua yang kira-kira panjangnya mencapai 100 meter dan lebar kurang lebih 30 meter dipenuhi ribuan tengkorak manusia dengan berbagai ukuran. Terdapat juga bongkahan kayu usang dengan ukiran tak biasa. Yang dimana bongkajan kayu itu disinyalir sebagai peti mati.
Tempatnya yang tidak terlalu jauh dengan jalan utama membuat gua tersebut dapat dijangkau oleh siapapun. Hanya saja medan yang sedikit berat menjadi tantangan tersendiri. Namun apabila anda tiba dimulut gua, maka seluruh pengorbanan tenaga anda untuk mencapainya akan terbayar. Maka dari mulut gua yang kira-kira berukuran -+ 30 meter itulah sebuah cerita dimulai tentang adanya peradaban tua.
Asmunandar, Arkeolog asal Universitas Hasanunuddin Makassar bercerita kepada Jurnalis Suara Kendari beberapa waktu yang lalu bahwa apa yang terdapat didalam gua itu adalah bukti sejarah yang sangat penting. Sambil berjalan menyusuri tiap sudut gua nampak ribuan tengkorak manusia dengan berbagai ukuran.
Sulit rasaya diterima dengan akal sehat keberadaan ribuan tengkorak manusia dalam suatu tempat. Terbesik pertanyaan apakah gua tersebut dulunya tempat pembantaian ataukan didaerah sekitar pernah ada wabah penyakit dan seluruh penduduk diungsikan kedalam gua itu agar penyakit yang di idapnya tidak menular ke daerah lain.
“kita telah lakukan penelitian permukaan didalam gua ini dan memang kalau berbicara masalah jumlah tengkorak manusia bisa ribuan. Bayangkan saja hampir diseluruh dinding gua ada tengkorak manusia, belum lagi dikamar-kamar dinding gua juga ada tengkorak. Bahkan tanah yang kita pijak saat ini dibawahnya masih ada tengkorak,” ucapnya kepada Jurnalis Suara Kendari.
Tak lepas dari pandangan, sebuah bongkahan kayu tua, Nampak ukiran kusam yang bermotif segitiga bekas hantaman pahat. Juga menjadi pemicu pertanyaan kepada sanga Arkelog itu. Kata dia bongkahan kayu tua itu adalah peti mati. Itu berdasarkan informasi dari penduduk sekitar. “ini adalah soronga atau lebih umum saat ini dikatakan sebagai peti mati,” tambahnya.
sepenggal kata dari Asmunandar itu adalah awal cerita untuk mengetaghui lebih jauh misteri apa yang tersimpan didalam gua tersebut. Sulit rasanya untuk mengedipkan mata atas apa yang terlihat didalam gua itu. Tumpukan tengkorak manusia dengan jumlah yang luar biasa banyaknya masih saja menjadi faktor utama untuk mendengarkan penejalsan dari ahli Arkeolog itu.
Letak bongkahan kayu usang tersebut berada ditengah-tengah tumpukan tengkorak manusia, hal ini makin menguatkan dugaan adanya peradaman tua didaerah tersebut. Arkeolog asal Universitas Hasanuddin Makassar, Asmunandar mensinyalir kalau gua yang dipenuhi tengkorak itu dulunya digunakan sebagai tempat penguburan masyarakat setempat.
“benda yang lebih mirip peti mati ini semakin menguatkan dugaan kalau memang gua itu dulunya adalah tempat penguburan suku tertentu. Ada corak atau ukiran yang terlihat di benda tersebut, nampak seperti ukiran tertentu. Inilah yang kita akan kembangkan. Ini yang digunakan masyarakat sekitar guna melaukan penguburan. Informasi yang kami temukan seperti itu,” tegasnya.
Para tim peneliti gua berisi ribuan tengkorak manusia tersebut sangat yakin kalau gua yang tadinya mengundang banyak pertanyaan tersebut adalah tempat pemakaman pada zaman dahulu. “yang jelasnya informasi dari semua pihak termasuk penduduk pribumi masih kita kumpulkan. Saya rasa penemuan sejumlah benda selain tengkorak manusia itu akan sedikit memudahkan tim untuk mendeteksi lebih jauh lagi masalah gua ini,” cetusnya.
Sejumlah bukti otentik telah ditemukan, namun para pihak yang terlibat terdiri dari arkeolog asal Universitas Hasanuddin Makassar, Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar dan sejumlah mahasiswa masih mengumpulkan data-data. Agar kesimpulan tentang gua berisi tengkorak manusia tersebut bisa jelas.
***
Tim peneliti yang terdiri dari Balai Pelestarain Cagar Budaya dan Universitas Hasanuddin Makassar terus melakukan pengembangan terhadap keberadaan ribuan tengkorak manusia. Tengkorak tersebut terdapat disalah satu goa yang ada di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Warga sekitar menyebutnya dengan sebutan goa tengkorak.
Setelah melakukan penelitian yang disebut dengan istilah penelitian permukaan, akhirnya titik terang-pun mulai ditemukan. Kini para tim menyatakan kalau tengkorak-tengkorak yang ada di dalam goa tersebut milik saudagar/bangsawan atau kalangan terkemuka dari suku Mekongga kala itu. Keberadaan tengkorak itu pun diperkirakan ada sejak abad 14 silam.
Asmunandar, arkeolog asal Universitas Negeri Makassar menjelaskan bahwa kesimpulan saat ini yang didapatkan bahwa tengkorak-tengkorak tersebut adalah para saudagar atau kaum bangsawan dari suku Mekongga diabad ke 14 silam. Asumsi ini bisa dikaitkan dengan temuan soronga (peti mati) dan keberadaan benda-benda mewah pada zaman tersebut.
“kita mencoba mengaitkan kenapa banyak guci/keramik, manik-manik dan uang logam dalam goa yang berisikan tengkorak manusia. Belum lagi adanya ‘soronga’ yang dimana warga lokal menyebutnya peti mati. Ternyata di goa itu dulunya adalah kuburan kedua bagi para kaum bangsawan atau keturunannya (bagi suku Mekongga, red). Peti mati bermotif itu ternyata ada maknanya dan sebagai tanda derajat sosial tengkorak yang ada di dalamnya,” ucapnya kepada Suara Kendari.
“kenapa dikatakan sebagai kuburan kedua dan mereka itu para bangsawan, karena pada abad ke 14, islam belum masuk di Sulawesi dan belum mengenal istilah penguburan yang ditanam. Khuhus pribumi di tempat ini kalau ada orang meninggal itu prosesinya seperti dikeringkan dan airnya ditadah pakai guci/keramik. Setelah jadi tulang barulah dimasukkan kedalam soronga bersamaan barang-barang mewah miliknya. Penguburan kedua mereka di goa itu,” tegasnya.
“jadi waktu zaman dahulu para suku Mekongga ini melakukan penguburan dengan cara menggunakan Soronga itu. Prosesnya terbilang unik karena sebelum dibawa ke goa itu orang yang sudah meninggal terlebih dahulu diupacarakan sambil dikeringkan. Pada saat proses pengerikangan airnya kan jatuh ke guci yang jugakita dapat didalam goa, setelah menjadi tulang belulang, barulah tulangnya beserta tengkorak dimasukkan dalam soronga bersama guci-guci itu. Nah prosesnya seperti itulah,” katanya.
Keterangan dari Arkelog tersebut diperkuat oleh Muhammad Natsir dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar. Menurutnya informasi dari para suku tolaki Mekongga saat ini memang dahulu nenek moyang mereka kalau meninggal seperti itu. “istilah penguburan kedua itu tengkorak yang dibawa ke goa untuk disemayamkan selama-lamanya. Kalau kayak hindu kan dibakar dan abunya dibuang kelaut atau sungai. Begitu ceritanya,” cetusnya.
“kita telah bercerita dengan warga setempat yang bersuku Tolaki Mekongga, dan memang peti mati dalam goa itu adalah soronga. Inikan menguatkan dugaan dan juga kita bisa mengetahui kalau goa itu ternyata penguburan bagi suku Tolaki Mekongga, atau to Mekongga, yang dimana merupakan suku asli dari Kolaka dan Kolaka Utara. Jadi sepantasnya penelitian ini akan terus dilanjutkan mengingat masih banyak hal yang bisa dingkap,” ucapnya
Warga sekitar yang bernama Hj. Muna menjelaskan bahwa apa yang dikatakan para tim sudah betul. “saya ini asli suku Mekongga dan memang dari kecil diceritakan masalah sejarah suku kami, termasuk proses upacara kalau ada orang kaya yang meninggal. Kalau sudah mau menuju penguburan kedua pakai ‘soronga’ itu barang-barang mewahnya dikasi ikut dalam peti,” ceritamya.
Hingga saat ini tim yang terbentuk berusaha mengnugkap misteri lain, seperti masalah hubungan suku Mekongga dengan dunia luar saat itu. ^^

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *