Jelajah

Menyelam di Laut Keramat

×

Menyelam di Laut Keramat

Sebarkan artikel ini
Perairan laut di teluk kolono. foto: Joss

Perairan teluk kolono cukup menawan. Dikejauhan teluk dikitari lebatnya hutan alam. Rumah-rumah warga menjorok ke bibir pantai, hidup dalam keteraturan. Kehidupan seolah menyatu dalam  harmoni alam laut. Namun di balik keindahannya, perairan kolono menyimpan misteri yang hingga kini masih dikeramatkan masyarakat setempat.

Iwoi Lulua (Bahasa daerah Tolaki) yang berarti air mendidih merupakan salah satu lokasi yang dikeramatkan oleh masyarakat Desa Ngapawali dan masyarakat desa sekitarnya. Cerita masyarakat setempat, konon lokasi ini dihuni oleh sangia atau penguasa laut sejenis gurita berukuran raksasa. Ditambah  banyaknya kejadian-kejadian aneh disekitar lokasi, seperti tiba-tiba air laut menjadi keruh, air laut menjadi merah atau air laut kelihatan dangkal.

Utam (40 tahun) salah satu warga Desa Ngapawali bercerita, jika seseorang ribut saat memancing di Iwoi Lulua maka gelembung air akan  muncul dari bawah laut, dan gelembungnya semakin membesar. “Itu menandakan penghuninya sedang marah. Kalo gelembung itu muncul maka sebaiknya Anda segera angkat kaki dari sana,”kata Rega.

teluk kolono menjadi lokasi pemancingan warga. foto: Joss

Lokasi iwoi lulua sendiri seitar tahun 2017 silam pernah disurvei oleh tim teknis RARE yang diwakili Raymond bersama Abed dan Anung, keduanya penyelam dari Lembaga Yayasan Bahari (YARI) melakukan pengambilan data tutupan terumbu karang hidup diperairan teluk Kolono, tepatnya di Desa Ngapawali dan perairan desa sekitarnya mereka menemukan keindahan bawah laut yang tidak biasa.

“Pemandangan terumbu karangnya sangat indah ,”Abed mengisahkan temuannya.  Yang menarik, lanjut Abed, di dasar laut Ngapawali terdapat banyak bebatuan berukuran besar dan beberapa buah goa bawah laut.  Gelembung-gelembung air laut ini diduga berasal dari lubang-lubang kecil yang ada di pasir dan celah- celah batu dasar laut,”kisah Abed.

Namun sebagian nelayan percaya jika gelembung laut ini berasal dari napas seekor gurita raksasa yang hidup di dasar laut kolono.

Saat tim melakukan penyelaman, warga nelayan sempat diliputi kecemasan mengingat lokasi Iwoi lulua (Air Mendidih) merupakan salah satu lokasi yang dikeramatkan warga.

Tiga puluh menit melakukan penyelaman, tim akhirnya kembali muncul dipermukaan. “Saat muncul warga nelayan sangat lega,”cerita Adi.

pantai di desa ngapawali. foto: Joss

Temuan tim ini dengan  cepat merebak dan menjadi pembicaraan warga desa. Amin salah satu warga lokal yang menjadi motoris tim kemudian menceritakan aksi penyelaman tim itu kepada Kepala Desa Ngapawali dan segera menyebar ke warga lainnya. Warga menganggap tim cukup berani melakukan penyelaman, mengingat selama bertahun-tahun tak pernah ada orang yang berani menyelam diperairan Iwoi Lulua itu.

Tak hanya itu tim RARE juga melakukan penyelaman di lokasi Iwoi Lulua (Air Mendidih). “Tim penasaran dengan cerita masyarakat setempat karena itu tim teknis melakukan penyelaman,”kata Adi, salah satu tim RARE.

“Sebelum menyelam semua doa-doa sempat dibaca warga,  tinggal koran saja yang belum dibaca,” kata Abed setengah becanda.

Nelayan membangun rumah bagang di perairan teluk kolono. foto: Joss

RARE dan YARI sadar betul dampak dari temuan bawah laut itu akan berdampak terhadap terumbu karang dan ekosistem teluk kolono, mereka menghimbau warga tidak mengganggu ekosistem di sana.

“Cerita laut Iwoi Lulua jangan sampai diketahui oleh desa tetangga, kami juga berusaha menceritakan kejadian-kejadian menakutkan yang terjadi sewaktu menyelam dan akibat-akibat jika tempat ini di bom. Saat di lokasi kami mengambil beberapa gambar batu yang berbentuk payung dan goa yang disinyalir tempat bersembunyinya gurita raksasa. Warga juga dihimbau untuk tidak membom ikan karena akan membuat bebatuan besar di dasar laut dapat patah dan  berdampak terjadinya lubang besar dan berpotensi menimbulkan gempa atau tsunami,”urai Adi.

Masyarakat yang mencari informasi mengenai Iwoi Lulua perlahan mulai sadar dan semakin yakin jika laut kolono memang penuh misteri. Banyak dari mereka yakin jika penghuni laut kolono sudah mulai marah. “Ini semua akibat keberadaan penghuni laut mulai diusik oleh orang lain itu,” kata Rega, warga setempat. (Mus)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *