Historia

Menjejak Negeri Kelapa

×

Menjejak Negeri Kelapa

Sebarkan artikel ini

Bagi orang wawonii, tanah tidak hanya dipandang sebagai kumpulan gundukan tempat pepohonan dan tumbuh-tumbuhan lainnya tumbuh dalam sebuah kawasan. Tanah mengandung nilai yang sangat kompleks, meliputi ekonomi, nilai budaya, maupun nilai religi.

Nilai ekonomi yakni hasil tanah memberi manfaat ekonomi bagi orang wawonii untuk memenuhi kebutuhan subsistensinya melalui berbagai model pengelolaan dan pemamfaatan lahan dan hasil-hasilnya, seperti berladang, menanam tanaman jangka panjang seperti kelapa, jambu mete, pala, cengkeh, kakao, lada dan berbagai jenis buah-buahan seperti, nangka, mangga, rambutan, langsat, pepaya dan pisang.

Petani di wowonii memikul hasil kopra untuk siap dijual. foto: Joss

Saya bertemu Pak Umar di munse dan mendengar langsung dari bapak ini, bahwa, dirinya punya lebih dari seribu pohon kelapa. Jumlah ini terbilang kecil di banding warga lain di Munse yang memiliki tiga ribu an kelapa. “Hampir semua warga di sini (munse) punya pohon kelapa dan lebih banyak lagi dari punya saya,”kataUmar.

Umar menjelaskan, dalam satu pohon kelapa produktif menghasilkan antara 30-40 biji kelapa. Artinya jika dijumlahkan dengan jumlah pohon milik si bapak tadi, maka ada sekitar 30.000 sampai 40.000 biji kelapa yang dihasilkan dalam periode musim panen (per tiga bulan).

Dari pohon sebanyak itu, Umar bisa memproduksi kopra sekitar 100 kg lebih setiap hari. Itu baru satu orang. Pertanyaan berapa banyak orang wawonii yang punya pohon kelapa?  Kabupaten Konawe Kepulauan sendiri terdiri dari 7 kecamatan, 7 kelurahan dan 89 desa dengan luas wilayah 867,58 km² dan jumlah penduduk sebesar 34.226 jiwa.

“Potensi kelapa di daerah ini memang luar biasa. Jika dihitung dengan jumlah penduduk wawonii yang ada, dan seperempat dari jumlah itu memiliki pohon kelapa, berapa banyak kira-kira produksi kopra yang dihasilkan,”kata Fiman, aktifis LSM yang berapa waktu melakukan penelitian di Konawe Kepulauan.

Kuantitas hasil panen buah kelapa yang umumnya dipengaruhi oleh varietas tanaman kelapa, teknik budidaya yang dilakukan, keadaan tanah dan iklim, keadaan air tanah, serangan hama dan penyakit serta umur tanaman. Kelapa jenis genjah dapat menghasilkan buah antara 9.000-11.000 butir/ha/tahun atau setara dengan 1,5-2 ton kopra. Sedangkan kelapa jenis dalam dapat menghasilkan buah sekitar 4.000-5.000 butir/ha/tahun atau setara dengan 1-1,25 ton kopra.

Kembali ke Pak Umar, selain tanaman kelapa, Ia juga punya beberapa pohon cengkeh dan pala yang di tanam dekat rumahnya. Dari kelapa dan hasil bumi lainnya ini, si bapak bisa menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi. Praktik pertanian yang sudah turun temurun berlangsung, hampir seluruh penghuni pulau ini.

 

Kopra Wawonii Pernah Berjaya

potensi kkelapa wawonii. foto: Joss

Tahun 1980-an adalah masa kejayaan kopra di Wawonii. Saat itu kopra wawonii benar-benar menjadi primadona dan dibeli dengan harga yang pantas. Banyak pedagang dari luar wawonii berdatangan dan memesan kopra dalam partai besar. Bahkan ada petani yang menjual langsung hasil kopra mereka ke Surabaya. Namun masa kejayaan itu tak berlangsung lama,dan mulai tersendat di tahun 1990-an. Selain tingginya biaya transportasi juga karena factor cuaca yang kian tak menentu membuat pengiriman kopra ke Surabaya ikut terhenti. Petani akhirnya memilih menjual kopra ke Kota Kendari dan Baubau dengan harga yang relative murah.

Saya bertemu Pak Hasan di Langara, beliau adalah satu dari sekian banyak pengumpul hasil bumi di negeri penghasil kelapa itu. Ia bercerita, harus menjelajah seluruh daerah di wawonii, terutama ke wilayah timur, timur laut hingga pesisir tenggara wawonii. Tiga daerah ini yang dikenal sebagai daerah penghasil kelapa /kopra terbesar di wawonii. Di sini perkebunan kelapa tumbuh subur sejauh mata memandang.

Baginya, kelapa adalah masa depan daerahnya dan berharap pemerintah dapat membantu petani lebih produktif lagi di tengah harga kopra yang terus mengalami pasang surut.  Terakhir harga kopra di tingkat petani cuma dihargai 500 rupiah per kilo gram. Harga ini terus bertahan (tidak berubah) sejak 10 tahun terakhir. Sebagai pengumpul Ia memilih menjual kopra ke Kota Kendari dengan harga 600 rupiah per kilo gram. SK

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *