• Home 1
  • Redaksi
Suarakendari.com
  • Home
  • Historia
  • Humaniora
  • Environment
  • Kultur
  • Tokoh
  • Other Brand
    • Jelajah
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Home
  • Historia
  • Humaniora
  • Environment
  • Kultur
  • Tokoh
  • Other Brand
    • Jelajah
    • Teknologi
No Result
View All Result
Suarakendari.com
No Result
View All Result
Home Kultur

Mengenal Tradisi Santiago di Tanah Buton

redaksi by redaksi
23 September 2022
in Kultur
0
0
SHARES
37
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Negeri kesultanan buton memiliki kekayaan tradisi ada adat istiadat peninggalan masa lalu dan tetap lestari hingga kini. Salah satunya tradisi santiago atau tradisi berziarah ke makam para Sultan-sultan Buton yang ada di dalam Benteng Wolio dan sekitarnya.

Di masa lalu, di era Kesultanan Buton tradisi ini dilaksanakan pada hari ke dua Idul Fitri atau setiap tanggal 2 Syawal usai sholat Isya hingga menjelang sholat subuh yang turut dimeriahkan oleh pejabat kesultanan dan masyarakat Karena begitu ramai dan meriahnya kegiatan yang berlangsung di hari lebaran   maka sering disebut dengan raraea malo, yang berarti berlebaran di malam hari.

Namun pada  era perang kemerdekaan khususnya saat pendudukan Jepang jadwal tradisi ini sempat bergeser karena keadaan yang tidak memungkinkan.  Kala itu, Kesultanan Buton mengadakan Santiago di pagi hari tanggal 2 Syawal hingga sore menjelang malam Tradisi Santiago ( ziarah Kubur).

Pada tradisi Santiago, Sultan Buton beserta perangkatnya  menuju makam para Raja dan Sultan. Saat melewati perkampungan ,  rombongan Sultan dan perangkatnya akan mrndapat sajian  makanan depan rumah penduduk. Pemilik rumah akan menghadang rombongan tersebut dengan alunan syair kabanti dengan tujuan agar rombongan tersebut mampir mencicipi hidangan tersebut.

Pada era reformasi ini tradisi santiago kembali digelar dengan  menggelar siarah pada enam Makam Sultan Buton, masing-masing Sultan Murhum, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, Sultan Dayanu Iksanuddin, Sultan Syamsuddin, Sultan Mulharuddin Abd. Rasyid, Sultan Adilil Rahim dan Sultan Malik Sirulllah.

Pada penyelenggaraan tradisi santiago ini, Iring-iringan Santiago dimulai dari Kamali Kara Istana Sultan Hamidi menuju Masjid Agung Keraton Buton untuk menjemput Syarana Hukumu, lalu ke makam para Sultan untuk ziarah kubur. Nah, air yang digunakan untuk penyiraman Makam Sultan dibawa khusus oleh gadis muda yang dipayungi oleh Kenipau. Gadis belia ini dalam tradisi Santiago dinamai Salawatu. Sungguh lua biasa, sebuah tradisi warisan leluhur yang hingga kini masih bisa kita saksikan di Buton, Indinesia.

Dokumentasi foto : Dadi Mangura keraton molagina/fb

Tags: suara kendari

RECENT NEWS

  • Dongkrak Kunjungan Wisatawan, Dispar Sultra Ambil Bagian di ASEAN Tourism Forum 2023
  • Bersama Forkopimda, Polda Sultra Gelar Nonton Bareng Wayang Kulit
  • Rumah dan Mobil Warga Pondambea Kadia Hangus Terbakar, Penyebabnya Masih Diselidiki Polisi
  • 2000 Orang Ikut Aksi Bersih Sampah Jelang HUT Kota Kendari

CATEGORIES

  • Bangun Negeri
  • Ekonomi & Bisnis
  • Environment
  • Footnote
  • Galery Foto
  • Historia
  • Hukum
  • Humaniora
  • Jelajah
  • Kilas Dunia
  • Kuliner
  • Kultur
  • Olah Raga
  • Opini
  • Pariwisata
  • Peristiwa
  • Piala Dunia
  • Politik
  • Porprov XIV Sultra
  • Seputar Islam
  • Tak Berkategori
  • Teknologi
  • Tips & Trik
  • Tokoh
  • Video Pedia
  • Video Viral
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact Us

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Home
  • Historia
  • Humaniora
  • Environment
  • Kultur
  • Tokoh
  • Other Brand
    • Jelajah
    • Teknologi

© 2023 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist