Historia

Melihat Koleksi Biologi di Museum Sulawesi Tenggara

×

Melihat Koleksi Biologi di Museum Sulawesi Tenggara

Sebarkan artikel ini

Kerangka belulangnya mencapai sepanjang 12 meter, tengkorak kepala dan rahangnya mencapai panjang 2 meter, tulang rusuk kiri kanan masih nampak lengkap berjejer menjuntai lebih 1 meter melengkung sebanyak 12 baris. Jika dilihat dari kejauhan akan nampak seperti sendok garpu raksasa. Para pelancong museum akan membayangkan betapa besarnya tubuh ikan paus ini ketika masih hidup.

Petugas museum melakukan perawatan pada koleksi biologi paus raksasa. Profesrty foto milik Museum Negeri Sulawesi Tenggara

Ya, inilah kerangka ikan paus raksasa yang menjadi koleksi biologi di Museum Sulawesi Tenggara. Kerangka ikan paus biru/blue whale jenis paus langka terlindungi ini terpajang bagai kerangka fosil binatang purba dinasaorus di ruang pamer Museum Negeri Sulawesi Tenggara  di Jalan Abunawas, Kota Kendari.

Kerangka ikan paus yang dipajang tersebut merupakan hasil pengawetan yang dilakukan oleh pihak Museum Sultra sekitar 20 tahun lalu, sesaat setelah ikan paus (balacnoptera musculus) itu ditemukan mati terdampar di pesisir pantai Desa Lakansai, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara, Juni 1997 silam.

Sebenarnya terdapat dua kerangka ikan paus hasil pengawetan para tenaga konservasi dan biologi di laboratotrium Museum Sulawesi Tenggara. Kerangka paus yang satunya lebih panjang dan tidak pernah dipajang di ruang pamer museum. Namun pada bulan Maret 2015 kerangka ikan raksasa itu telah diambil untuk dijadikan koleksi di Meseum Wallacea di Universitas Halu Oleo (UHO).

Koleksi biologi salah satu andalan di ruang pamer museum dari 10 kelompok koleksi setelah dilakukan revitalisasi terhadap tata ruang pameran Museum Sulawesi Tenggara tahun 2014 silam.

Sulawesi Tenggara memang memiliki kekayaan flora dan fauna termasuk spesies satwa langka yang pernah hidup, baik di laut maupun yang hidup di daratan, seperti anoa, tarsius, elang sulawesi dan kuskus, ikan paus, kima raksasa.

Seperti dijelaskan  Rustam Tombili, petugas Museum Sulawesi Tenggara, bahwa, koleksi biologi flora dan fauna sangat penting mengingat posisi museum sebagai lembaga penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan  dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. SK

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *