Humaniora

Legenda Bedak Kaledupa

×

Legenda Bedak Kaledupa

Sebarkan artikel ini

 

Bedak Kaledupa adalah legenda di tanah Wakatobi, terkenal karena keampuhannya menyambung ulang tulang patah permanen. Ada banyak cerita yang lahir dari kisahnya. Simaklah cerita dari Rahmat, seorang pemain bola di kampung Baru. Rahmat mengalami patah tebuh di tungkai saat bermain bola, namun dalam tempo dua hari sudah bisa berjalan setelah dibaluti ramuan bedak kaledupa . Dan ajaibnya, Rahmat sudah bisa kembali bermain bola seperti biasa. Kok bisa? Simak terus ceritanya.

Saya benar-benar penasaran dan berusaha menelisik legenda bedak kaledupa lebih jauh. Berkat informasi dari seorang kawan, Saya mendatangi salah satu rumah di kawasan Kendari Permai, Kelurahan Padaleu, Kecamatan Andounoho, Kota Kendari. Rumah ini milik Laode Untung, warga asli Kaledupa, Kabupaten Wakatobi. Ia menyulap rumah menjadi sebuah klinik yang dinamakan balai pengobatan tradisional patah tulang dan keseleo. Klinik ini dibangun Laode Untung sejak tahun 2001 silam dan telah merawat banyak pasien patah tulang. ”Entahlah, saya tidak tau lagi berapa jumlah pasien yang saya rawat,”kata Laode Untung.

Saya beruntung, saat tiba saya mendapati Laode Untung tengah meracik bahan ramuan bedak kaledupa. Bahannya diambil dari tiga jenis daun yang dicampur beras. Mulanya, Laode Untung enggan membeberkan jenis daun yang digunakan mencampur bedak, takutnya, akan ada yang mengklaim dan menjadikannya hak paten. Namun, setelah dibujuk Laode Untuk kemudian mengantar saya ke kebun mini yang terletak di halaman klinik miliknya.

Di kebun mini itu, Untung menanam aneka jenis tumbuhan. Meski kecil, namun cukup banyak aneka tumbuhan di sana. Pria parobaya ini kemudian memperlihatkan dua jenis daun langka yang telah melegenda sebagai bahan campuan ramuan bedak kaledupa. Dua jenis daun itu masing-masing jenis daun Tappohua dan daun Katikatinti. Dua daun ini memiliki kasiat yag berbeda. Daun tappohua yang mirip daun kelor misalnya, memiliki kasiat menyambung urat yang putus. Ciri daun ini memiliki tiga tulangan dan daunnya bulat. Sedang daun katikatinti daunya mirip bunga bayam memiliki kasiat menurunkan bengkak. Sebenarnya masih ada satu daun lagi yang menjadi ramuan bedak kaledupa, yakni, daun taran yang berkasiat memberi daya tahan pada tulang. Sayangnya daun taran hanya dapat tumbuh di pulau kaledupa, kabupaten wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Laode untung menggunakan tiga daun ini sebagai Bahan ramuan untuk memijat yang dicampur dengan beras. Caranya tiga daun yang telah dipetik dibersihkan, lalu dimasukkan ke dalam wadah dan kemudian ditumbuk hingga halus. Setelahnya kemudian dicampur dengan butiran beras dan ditumbuk lagi hingga benar-benar ramuan menjadi halus. Setelah seluruh bahan tercampur rata, kemudian dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil. Seluruh bahan tersebut kemudian dijemur dibawa sinar matahari. Proses penjemuran bisa mencapai dua hari hingga bahan bedak benar-benar kering. Menurut Laode Untung, untuk bedak kaledua buatannya bisa tahan hingga berbulan-bulan. ”Seluruh bahan ramuan yang telah jadi bedak inilah yang digunakan untuk memberikan pertolongan bagi penderita patah tulang maupun keseleo,”kata Laode Untung.

Saat berkunjung diklinik, saya berdapati satu pasien Laode Untung adalah. Pasien patah tulang bernama Risna ini adalah pasien patah yang tergolong berat. Kedua kakinya patah empat akibat tertabrak mobil. Sudah dua minggu lamanya terbaring lemas.

Jelas jika Pasien ini membutuhkan penyembuhan menyeluruh secara total. Untuk kasus yang dialami Risna ini, Ia harus menjalani perawatan intensif selama tiga bulan dengan menggunakan bedak kaledupa.

Cara perawatannya pun terbilang unik. Mula-mula Laode Untung memasak air panas hingga mendidih. Lalu Ia mengambil daun pisang kering dan mencampurnya ke dalam rendaman air panas. Setelah matang, air dituang ke dalam wadah ember. Air panas bercampur daun pisang inilah yang dipakai untuk membersihkan bagian tubuh pasien yang patah secara rutin setiap hari sekali. Selama proses pembersihan Laode Untung juga melakukan pemijatan, agar bagian tubuh yang patah bisa tersambung kembali. Pijatan diberikan juga untuk mengembalikan posisi tulang pasien. Proses pemijatan membutuhkan waktu selama satu jam. Nah, salam pemijatan itu Laode Untung juga membacakan sejumlah doa atau mantra demi penyembuhan.

Setelah proses pembersihan dan pemijatan selesai, selanjutnya dilakukan tahap mengoleskan atau membaluri bedak kaledupa yang telah dicampur air ke bagian tubuh yang patah. Bedak dibalur secara merata dan selanjutnya kedua kaki yang patah dipasangi gips agar tulang tetap lurus.

Risna mengaku sebelum mendapat pemijatan tubuhnya terasa sakit sakit jika disentuh, namun setelah menjalani terus menerus ia tak marasakan lagi bahkan sudah bisa mengangkat kakinya. Ia pun berharap dengan sentuhan pijat tradisonal milik Laode Untung dirinya berharap dapat sembuh dengan cepat.

Laode Untung mengaku, sejak membuka klinik Ia tak tau lagi jumlah pasien yang diobatinya.
Laode Untung mengaku pijat tradisional ini merupakan warisan turun temurun dari keluarganya. Boleh dikata di lingkungan kerabatnya tinggal laode untung yang tetap melestarikan warisan budaya ini.

Sayangnya, seiring dengan waktu, tradisi Pijat tradisional dengan menggunakan bedak kaledupa kini telah jarang dipraktekkan bahkan di daerah asalnya sekalipun di kecamatan kaledupa kabupaten wakatobi sulawesi tenggara.

Nah jika anda mengalami patah tulang tak ada salahnya mencoba pijat tradisonal dengan menggunakan bedak kaledupa.

Naskah : Joss Hasrul

Foto: Ilustrasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *