Ekonomi & Bisnis

Kisah dari Kampung Terasi

×

Kisah dari Kampung Terasi

Sebarkan artikel ini

Peluh memenuhi wajah Udin. Tangannya terus berayun menumbuk bilah kayu panjang di bawahnya. Hentakan alu kayu yang terus menerus menciptakan irama ketukan. Sesekali pria parubaya ini memeriksa hasil tumbukan dalam nohu.

“Kalau udang kecil sudah halus, maka selanjutnya dipisahkan ke baskom,”kata Udin. Udang kecil atau ebi menjadi bahan utama dari pembuatan terasi, bumbu penyedap yang digandrungi ibu ibu. Setiap hari Udin memproduksi terasi dari beranda belakang rumahnya.

Terasi adalah bumbu masak yang dibuat dari ikan dan/atau udang rebon (jembret;gamberetti-it) yang difermentasikan, berbentuk seperti adonan atau pasta dan berwarna hitam-coklat, kadang ditambah dengan bahan pewarna sehingga menjadi kemerahan.

Terasi merupakan bumbu penting dikawasan asia tenggara dan china selatan. Memiliki bau yang tajam dan biasanya digunakan untuk membuat sambal terasi, tapi juga ditemukan dalam berbagai resep tradisional Indonesia. Warga kadang-kadang menyukai membakar bakar terasi karena lebih enak tetapi awas, baunya menusuk hidung.

Di Sulawesi Tenggara, terdapat beberapa daerah yang khusus menjadi penghasil terasi yang terkenal, seperti; di desa pesisir di Kecamatan Tinanggea.

Para pecinta sambal terasi di Sulawesi Tenggara tentu sangat familiar dengan Kota Tinanggea. Kota yang terletak di bagian selatan Propinsi Sulawesi Tenggara ini dikenal pula dengan sebutan kota terasi.

Wajar saja masyarakat menyebut demikian, sebab dari daerah ini dihasilkan terasi-terasi berkualitas tinggi yang tidak hanya dijual di daerah Sulawesi Tenggara saja, tetapi juga dikirim sampai ke luar propinsi.

Jika anda pergi ke sana, anda akan menemukan satu perkampungan kecil yang bernama Muara Lanowulu. Tempat inilah yang menjadi sentral penghasil terasi terbesar Tinanggea dan menjadi salah satu aktor di balik sukses besar Tinanggea sebagai kota terasi.

Selain Tinanggea, Kecamatan Laeya juga menjadi salah satu penghasil terasi di Konawe Selatan, yang mana pemasaran terasinya dikirim ke daerah NTT.

Dimana cara pembuatan terasi adalah: udang kecil udang calok atau kalau di daerah jawa dikenal sebagai edang Rebon, diambil nelayan dari laut, kemudian langsung direbus di pinggir pantai, setelah matang, ditumbuk dan dicampur garam menggunakan lesung kayu, dijemur kembali agar penilaian airnya rendah, kemudian ditumbuk kembali sampai bisa dibentuk, yang jadi ciri khas, katanya sih, lesung tersebut telah digunakan sejak dulu tanpa pernah dicuci, artinya setelah dipakai, langsung disimpan lagi untuk dipakai pada pembuatan terasi selanjutnya.
Sejarah terasi bukan hanya di Indonesia, melainkan disejumlah negara terasi juga dapat ditemukan. Di Malaysia, bahan ini diberi nama “belacan” dan di Thailand disebut “kapi”. Di indonesia, terasi sering dikaitkan dengan sejarah berdirinya kota Cirebon (yang berarti air (udang) rebon dalam bahasa sunda). Sk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *