Memperingati milad Kahmi ke 75 tahun, ribuan kader Himpunan Mahasiawa Islam di Sulawesi Tenggara turun ke jalan untuk melaksanakan jalan santai. Kegiatan jalan santai mengambil rute masjid alkautsar menuju MTQ dan berakhir di sekretariat HMI Cabang Kendari.
Dalam kegiatan milad Kahmi, nampak sejumlah dedengkot korwil Kahmi Sultra ikut hadir memeriahkan milad organisasi mahasiawa muslim terbesar di Indoensia ini, diantaranya, Walikota Kendari, Sulkarnain, Bupati Konawe Utara Ruksamin, Mastri Susilo, Kepala Perwakilan Ombudsman sultra, Hamirudin Udu, Ketua Bawaslu Sultra, DR.Anas Nikoyan, akademisi, DR.Sarlan Adi jaya, akademisi/antropolog UHO dan sejumlah pejabat daerah.
Sejarah Kahmi
Dalam artikel yang diulas yakusaa.blogspot.com, mengurai perjalanan organisasi Kahmi. Ada berbagai hal yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan tinjauan terhadap latar belakang berdirinya KAHMI: (1). Sejarah berdirinya dan keberadaan HMI, (2). Deklarasi berdirinya KAHMI, (3). Mukaddimah Pedoman Dasar KAHMI, (4). Pokok-pokok Pikiran tentang Stabilitas Politik yang diputuskan pada Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Solo tahun 1966, (5). Pokok-pokok Pikiran tentang Orde Baru, yang diputuskan pada Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Solo tahun 1966, (6). Komunike yang diputuskan pada Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Solo tahun 1966, (7). Situasi dan kondisi riil, tujuan bangsa dan negara RI, kondisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ketika KAHMI didirikan.
Berdasarkan konsep di atas, sesuai dengan konteks yang berkembang sebelum KAHMI berdiri, latar belakang berdirinya KAHMI dapat ditelusuri dari pembahasan berikut:
1. Melanjutkan Mission Sacre HMI
Tanpa keberadaan HMI sebagai organisasi induk, KAHMI tidak akan pernah ada dan tercatat dalam sejarah. KAHMI lahir sebagai hasil Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Surakarta, tanggal 10-17 September 1966. Sebagaimana tertera dalam Pedoman Dasar KAHMI Bagian 1 butir 2 tentang nama, tempat, dan waktu, Korps Alumni HMI didirikan di Surakarta pada tanggal 17 September 1966.
Tujuan HMI, sejak dirumuskan pada Kongres HMI di Malang (3-10 Mei 1969) hingga Kongres HMI ke-23 di Balikpapan tahun 2002 masih bertahan yaitu: Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt.
Tujuan HMI sebagaimana dirumuskan pada Kongres ke-8 HMI di Surakarta (ketika KAHMI didirikan) tercantum pada Pasal 5: “Membina insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Pimpinan Sidang Komisi B (AD/ART HMI) adalah Rafiuddin Hamarung, S.H. sebagai ketua dan Agussalim Sitompul sebagai sekretaris. Anggota perumus terdiri dari Drs. Jusuf Syakir (Yogyakarta), almarhum Hartomo Ahmad Sumadi (Semarang), almarhum Isa Anshari Simatupang (Padang Sidempuan), Fauzi Madani, H. Umaruddin (Medan, sekarang di Jambi), dan Tabrani Jauhari.
Rumusan di atas mencakup tujuan yang luas, mengandung arti dan makna yang sangat dalam dan ideal. Alumni-alumni HMI menyadari sepenuhnya bahwa tujuan HMI tersebut tidak bisa terwujud jika hanya dilakukan oleh anggota-anggota HMI sendiri. Tujuan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernapaskan Islam dapat dicapai oleh setiap anggota.
Akan tetapi tujuan berikutnya yaitu bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur diridai Allah Swt. tidak akan terlaksana oleh anggota-anggota HMI sendiri karena masa keanggotaan HMI sangat terbatas, paling lama 7 sampai 8 tahun. Masyarakat adil makmur yang diridai Allah Swt. tidak akan terwujud dan tercapai dalam waktu singkat (8 tahun).
Terbukti, meskipun saat ini HMI sudah berusia 56 tahun dan sudah melalui banyak onak dan duri, tujuan tersebut belum tercapai sepenuhnya. HMI bukan nyaris bubar karena diganyang dan dituntut dibubarkan oleh PKI dan CGMI pada tahun 1964-1965. Idealisme pencapaian tujuan HMI memakan waktu panjang yang tidak bisa ditentukan limitnya. Oleh karena itu alumni-alumni HMI menyadari bahwa masyarakat adil makmur yang ridai Allah Swt. hanya bisa dicapai dan dilanjutkan setelah anggota HMI menyelesaikan studinya atau setelah menjadi alumni.
Sesuai dengan peran HMI sebagai organisasi perjuangan, untuk mencapi cita-cita tersebut, HMI berjuang dengan melakukan perombakan, perubahan, pembaruan, perbaikan, dan penyempurnaan terhadap segala tatanan yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan kontemporer, sehingga perubahan dan suasana baru yang berada dari sebelumnya.
HMI berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Ini berarti alumni-alumni HMI bertugas meneruskan mission sacre HMI. Untuk menindaklanjuti mission sacre HMI, diperlukan satu organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sebagai tindak lanjutnya, lewat Musyawarah Alumni HMI bersamaan dengan Kongres ke-8 HMI di Surakarta pada tanggal 17 September 1966 dideklarasikan berdirinya Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam disingkat KAHMI.