Humaniora

Keluh Kesah Petani Konkep

×

Keluh Kesah Petani Konkep

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) memiliki potensi sumber daya alam yang kaya, baik di darat maupun di perairan lautnya. Di daratan potensi pertanian dan perkebunan membentang luas dan sangat menjanjikan. Berbagai macam tanaman pertanian dan perkebunan dengan mudah kita dapatkan di daerah ini. Tak heran sektor pertanian dan perkebunan  menjadi sumber ekonomi masyarakat dan daerah setempat.
Pemerintah Kabupaten Konkep  pun optimis menjadikan daerahnya sebagai daerah penghasil beras, bahkan sangat berpotensi menjadi suplayer beras ke wilayah-wilayah lain di sulawesi tenggara.
Hal ini setelah melihat potensi Wawonii yang memiliki ketersediaan lahan yang cukup luas serta ditunjang sungai yang cukup banyak sebagai sumber irigasi. Pulau Wawonii memiliki potensi persawahan sekitar 8000 hektar lebih. Namun yang tergarap baru kurang lebih 100 ha. Dengan produksi rata-rata per hektar 2,5 hingga 3 ton per hektarnya gabah kering giling. Karena itu Pemkab Konkep harus berani menargetkan memproduksi beras sendiri, minimal untuk kebutuhan penduduk lokal.
Jika digarap baik, maka kedepan Wawonii akan menjadi sentra beras dan sekaligus penyangga beras untuk wilayah kota Kendari. Ini karena konkep surplus lahan pertanian sekitar 6.000 hektar.
Sayangnya, Potensi yang dimiliki tersebut masih kurang memberikan kemakmuran bagi masyarakat petani di daerah ini, hal ini disebabkan masih minimnya pemahaman cara bercocok tanam yang baik, terutama dalam perawatan tanaman perkebunan mereka agar tetap produktif.
Salah satu contohnya yang terjadi di Desa Wawobeau, Kecamatan Wawonii Utara, banyak jenis tanaman masyarakat saat ini tidak produkti karena kurangnya perawatan. Tanaman seperti coklat/kakao ditelantarkan oleh pemiliknya karana tidak bisa menghasilkan buah yang produktif lagi. Tanaman tersebut di biarkan begitu saja oleh pemiliknya sehingga banyak tanaman yang mati.

Rahman (40 tahun) petani di Desa Wawobeau mengungkap perlunya kebutuhan pengetahuan tambahan cara bercocok tanam dan cara merawat tanaman bagi petani di sana.

“Petani di sini ingin agartanaman menghasilkan buah yang banyak, namun kami tidak tau bagaimana bercocok tanam serta cara perawatan tanaman yang baik,” kata Rahman.

Akibatnya, banyak tanaman sudah berumur dan dibiarkan mati tanpa tanaman pengganti.
Dia juga menambahkan “Kami petani menginginkan ada orang dari pertanian dan perkebunan yang datang mengajari kami bagaimana cara merawat tanaman agar tetap berbuah dan terhindar dari penyakit.” tambahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *