Humaniora

“Kami Berdagang Bukan untuk Kaya, Tetapi Hanya Sekedar Menyambung Hidup”

×

“Kami Berdagang Bukan untuk Kaya, Tetapi Hanya Sekedar Menyambung Hidup”

Sebarkan artikel ini

Sejak pagi buta, puluhan pemotor bakul sayur berkumpul di sepanjang jalan penghubung pasar baruga, Kota Kendari. Mereka tak sedang berunjuk rasa melainkan antri membeli aneka dagangan di pasar milik pemerintah kota tersebut. Mereka terdiri para lelaki dan perempuan membaur menyambut rezeki pagi.

Ada banyak jenis dagangan di atas bakul motor. Dari aneka sayuran, ikan kering, buah buahan hingga penganan tradisional. Semua komplit untuk kebutuhan rumah tangga.

Dari pasar baruga para pedagang kemudian menyebar ke seantero kota. Memasuki jalan besar hingga ke gang- gang kecil, berdagang ke pasar hingga pemukiman penduduk menjajakan dagangan.

Ina (40 tahun) salah satu pedagang sayur keliling. Rutenya, wilayah Lahundape dan sekitarnya. Ia membawa bakul sayur yang disampir ke sisi kiri kanan motornya. Semua dagangan disortir dengan kualitas sayur pilihan. Tak heran jika Ia memiliki banyak penggemar di lorong lorong. Warga khususnya kaum emak emak sudah hapal jam kedatangan Ina. Hapal pula dengan kode klakson motor yang biasa dibunyikan Ina sepenjang jalan.

Sepekan Ina terpaksa sudah harus menyesuaikan harga dagangannya akibat imbas kenaikan BBM oleh pemerintah. Harga semua jenis dagangan seperti sayur sayuran, buah-buahan hingga penganan naik sampai 2000 rupiah. Sebenarnya, ia sendiri tak tega menaikan harga, namun karena keadaan tekanan ekonomi membuatnya harus berani mengambil sikap. “Kalo saya tidak kasih naik harga, Saya dapat apa?,”katanya.

Kenaikan harga BBM membuat orang kecil seperti Ina memang serba salah. Mau dikasih naik harga takut pelanggan lari, tapi jika harga tidak dinaikan maka ia sendiri yang menanggung rugi.

“Coba dihitung, biaya beli BBM tiap hari hampir 50 ribu rupiah, karena harus keliling kota, sementara dagangan belum tentu semua bisa laku tiap hari, termasuk sayur sayuran ini juga Saya beli dengan harga yang sudah dinaikkan oleh pedangan di pasar,”urainya mencoba menghitug faktanya kenaikan BBM.

Pedagang kecil seperti Ina tengah diperhadapkan dengan dilema, antara mendapatkan keuntungan yang sedikit dengan kepekaan terhadap nasib sesama. Termasuk bagaimana menyikapi kebutuhan hari hari keluarganya sendiri. “Kasian kita orang kecil harus cari uang dengan susah payah, saat naik harga BBM pasti semua kebutuhan akan naik, kita ini pedagag kecil, menjual bukan untuk kaya tetapi hanya untuk menyambung hidup,”ujarnya, lirih.

Kehidupan yang makin keras membuatnya harus turun tangan berdagang bersama suaminya yang juga bekerja serabutan. Demi menghidupi dua anaknya yang kini telah menjalani pendidikan. Sk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!