EnvironmentHistoria

Hutan Lambusango, Rumah Sejuta Kehidupan

×

Hutan Lambusango, Rumah Sejuta Kehidupan

Sebarkan artikel ini
Hutan lambusango. foto: Joss Hasrul

Hutan hujan di Lambusango adalah ekspresi terbesar dari kehidupan di Bumi Wolio. Ini adalah rumah bagi sekitar sepersekian dari bentuk kehidupan terestrial planet kita , siklus sekitar seperempat dari air tawar tanah Buton, dan memainkan peran penting dalam menyerap karbon dan moderat iklim. Karena itu sangat diperlukan kepedulian untuk terus menjaga Hutan Lambusango. Melindungi hutan lambusango berarti menyelamatkan ekosistem pulau buton. Operation Wallacea merupakan organisasi internasional yang bergerak pada isu lingkungan khususnya konservasi di hutan lambusango telah belasan tahun bekerja menjaga keaneka ragaman hayati kawasan ini.

 

DR Purwanto, akademisi sekaligus periset dari Operational Wallacea, dalam bukunya tentang Lambusango, menganggap hutan layaknya rumah sendiri. Hutan baginya merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis.

 

Dengan demikian berarti berkaitan dengan proses-proses yang saling berhubungan yaitu, hidrologis, artinya hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air hujan maupun embun yang pada akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan secara teratur menurut irama alam. Hutan juga berperan untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya.

 

Iklim, artinya komponen ekosistern alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan (air), sinar matahari (suhu), angin dan kelembaban yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan bumi, terutama iklim makro maupun mikro.

 

Kesuburan tanah, artinya tanah hutan merupakan pembentuk humus utama dan penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain. Kesuburan tanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti jenis batu induk yang membentuknya, kondisi selama dalam proses pembentukan, tekstur dan struktur tanah yang meliputi kelembaban, suhu dan air tanah, topografi wilayah, vegetasi dan jasad jasad hidup. Faktor-faktor inilah yang kelak menyebabkan terbentuknya bermacam-macam formasi hutan dan vegetasi hutan.

 

Keanekaragaman genetik, artinya hutan memiliki kekayaan dari berbagai jenis flora dan fauna. Apabila hutan tidak diperhatikan dalam pemanfaatan dan kelangsungannya, tidaklah mustahil akan terjadi erosi genetik. Hal ini terjadi karena hutan semakin berkurang habitatnya.

Sumber daya alam, artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi devisa negara, terutama di bidang industri.

 

Selain itu hutan juga memberikan fungsi kepada masyarakat sekitar hutan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain kayu juga dihasilkan bahan lain seperti biofuel, damar, kopal, gondorukem, terpentin, kayu putih dan rotan serta tanaman obat-obatan.

Wilayah wisata alam, artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber inspirasi, nilai estetika, etika dan sebagainya.

Hutan lambusango adalah benteng terakhir keragaman hayati bioregion wallacea. Wallacea adalah wilayah unik di dunia, tempat bercampurnya tumbuhan dan binatang dari asia dan australia. Di hutan ini kita bisa melihat bagaimana monyet asia seperti Andoke (macaca achreata brunescens) berbagai hunian hutan dengan kuskus (ailurops ursinus), mamalia berkantong yang biasa ditemukan di australia.

 

Hutan ini memiliki 21 satwa bertulang belakang (ikan, katak, mamalia kecil, kelelawar dan bahkan primata) yang hanya ada di pulau buton saja. Pengamatan burung rangkong, monyet, tarsius dan bahkan anoa lebih mudah di buton dari pada wilayah lain di bioregion wallacea.

Hutan yang masih utuh ini terletak di tengah pulau buton, dimana seluruh daerah tangkapan air dari sungai sungai yang mengalir ke selatan berada. Hutan lambusango dengan luasan 65.000 ha, berdasarkan status kawasannya terdiri dari kawasan konservasi seluas 29.320 ha yang dibagi menjadi dua, yaitu cagar alam kakenauwe seluas 810 ha dan suaka margasatwa lambusango seluas 28,510 ha yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara. Sedangkan 35.000 ha lagi merupakan hutan lindung dan hutan produksi yang dikelola oleh Pemda Buton.

Kerusakan Hutan (Deforestasi) Di Indonesia

Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun.

Bahkan kalau menilik data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.

Kondisi Kerusakan Hutan

Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, sejak era  Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah.

 

Selain itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (hak penguasaan hutan). Dari total luas htan di Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.

 

Penyebab Deforestasi. Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable(lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun. SK

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *