Historia

Festival Benua Lulo Ngganda Upaya Merawat Kebhinekaan

×

Festival Benua Lulo Ngganda Upaya Merawat Kebhinekaan

Sebarkan artikel ini

Saat ini industri pariwisata Indonesia tengah menggeliat sebagai salah satu wujud nyata implementasi nawacita Presiden Republik Indonesia dalam pembangunan nasional. Geliat ini setidaknya dapat dilihat dari semakin masifnya informasi tentang sector pariwisata, baik di media massa mainstream maupun di media social. Setiap saat selalu ada lokasi-lokasi wisata baru yang mempesona bermunculan di media promo. Tak hanya itu pelaku industri wisata pun kian marak bermunculan, baik bergerak sebagai investor murni, maupun industri yang digerakkan oleh komunitas masyarakat di pedesaan.

Di Sulawesi Tenggara perkembangan industri pariwisata juga tengah naik daun, hal ini dengan banyaknya lokasi-lokasi wisata baru yang dibuka, disamping lokasi wisata lama yang telah lebih dulu eksis. Potensi sumber daya alam Sulawesi Tenggara yang cukup kaya wisata ini dimanfaatkan oleh pelaku usaha wisata untuk terus bergerak memperkenalkan potensi pariwisata baik dalam maupun manca negara.

Dalam konteks inilah Kolektif kerja Ruruhi Project, Walhi Sulawesi Tenggara dengan Pemerintah Kecamatan Benua, Kabupaten Konawe Selatan menyelenggarakan Festival Benua bertemakan “ Save Our Culture” yang diselenggarakan pada 14-18 Desember 2018 silam di Desa Benua Utama, Kecamatan Benua, Kabupaten Konawe Selatan.

Dalam Festival Benua 2017 ini serangkaian kegiatan prosesi adat istiadat dan budaya berupa seni dan olah raga tradisional suku Tolaki ditampilkan. Pengunjung akan memperoleh pengetahuan tentang budaya Tolaki sebagai sebuah tradisi yang yang dapat mendapat referensi budaya local di Bumi Sulawesi Tenggara.

Festival benua dimeriahkan dengan keikutsertaan sejumlah etnis yang ada di Konawe Selatan seperti, bugis, jawa, bali dan sunda. Mereka mengikuti parade kebudayaan dengan berjalan  kaki menuju lokasi kegiatan. Parade budaya ini juga diikuti 50 komunitas petani dan budayawan yang berasal dari ragam etnis di Konawe Selatan khususnya di wilayah Kec.Benua. Parade budaya dengan mengenakan baju adat daerah masing-masing dan dilengkapi dengan peralatan musik dan aseosoris budaya masing-masing etnik di Kab.Konawe Selatan sebagai bagian dari kekayaan budaya tanah Konaqwe Selatan yang dihuni oleh multi etnis. Keikutsertaan etnis dan ragam komunitas di Benua ini sebagai upaya menghormati keberagaman dan bhineka tunggal ika khususnya penghormatan bagi budaya etnis Tolaki sebagai etnis asli di Bumi Kerajaan Konawe. Dalam kegiatan pagelaran budaya ini, peserta kirab budaya akan melakukan pawai disekitar lokasi kegiatan di Desa Benua, Kec. Benua.

Rasul Simpatik saat beliau masih menjabat sebagai camat benua, 2017 silam memberi dukungan yang kuat pada kegiatan ini. “Kami berdiskusi menyoal problematika budaya lokal yang dinilainya kian rapuh. Dari diskusi panjang ini, saya merasakan ada semangat yang kuat mengembalikan benua sebagai tanah yang berbudaya, tanah dimana tumbuh dan berkembangnya tradisi lulongganda,”kata Rasul.

Rasul adalah pamong muda yang begitu perhatian pada pranata budaya daerahnya. Rasul tidak sekedar berempati sesaat tetapi tengah memantik semangat warga khususnya anak-anak muda benua untuk peduli pada budaya leluhur serta mengembalkan citra benua sebagai daerah berbasis adat dan kebudayaan. Toh bukan perkara sulit, bagi Rasul, sebab benua adalah tanah kelahirannya sekaligus tanah dimana tradisi lulo ngganda tumbuh dan berkembang sejak lama sebagai sebuah tradisi budaya tolaki.
Problemnya, stok para pelakon budaya semakin menipis, sebagain besar sudah menua sebagain lagi sudah meninggal dunia. Anak-anak muda tak ada yang mau secara suka rela belajar apalagi meneruskan tradisi ini. Inilah yang membuat resah dan gelisah Rasul Simpatik. Baginya harus ada langkah kongkrit, terstruktur dan massif menyelamatkan aset bangsa ini. Ia yakin jika diseriusi semua pemangku kepentingan, maka tradisi ini akan selamat. Mula-mula diskusi terbatas beberapa orang, lalu melebar menjadi diskusi beberapa puluh orang dan akhirnya mengundang seluruh tokoh dan tetua adat se kecamatan benua.

Jadilah ide “Pokosalamai, naa’ii” menjadi tagline yang digaungkan sang camat. Tagline yang berarti selamatkan dan simpan ini mengandung arti yang dalam bagi kelangsungan hidup kebudayaan lokal di negeri Konawe Selatan. “Dari tagline tadi kami bersepakat memulai projects bersama berbasis budaya, caranya dengan membuat Ivent budaya dan seni. Ide yang bisa dibilang dadakan ini akhirnya terwujud juga dengan menggelar Benua Festival, sebuah kegiatan pementasan seni budaya dan karnaval. Walau sebenarnya, Kami sadar jika kegiatan ini hanya sementara saja,”ujarnya.

Dibutuhkan langkah-langkah strategis berkelanjutan, terutama mulai memikirkan adanya lahan untuk membangun satu kawasan khusus adat dan budaya, di lokasi ini nantinya dipusatkan berbagai kegiatan budaya, entah itu berbentuk ivent maupun sebagai sanggar /sekolah budaya lokal. Untuk anggaran, dana desa bisa dimanfaatkan untuk pemberdayaan masyarakat yang sadar budaya, jika perlu menggaji para pemangku adat di benua untuk bisa menurunkan ilmu mereka kepada generasi.
Itu untuk strategi lokal, selanjutnya membangun ruang yang lebih luas ke pemerintah kabupaten melalui dinas pendidikan dan kebudayaa untuk membantu mendorong pengetahuan dan pengembangan budaya di sekolah-sekolah, jika perlu ada ekstra kurikuler pengetahuan budaya dan tradisi untuk anak-anak sekolah dan itu bisa diperlombakan di setiap ivent daerah atau negara seperti peringatan 17 agustus, dll. Hanya ini cara yang bisa dilakukan agar tradisi budaya ini bisa selamat, tapi semua terpulang dari kemauan para pihak.

Ir.Hugua menghadiri kegiatan Festival Benua di Kecamatan Benua, Kabupaten Konawe Selatan yang berlangsung Sabtu, 23 Desember 2017. Kehadiran mantan Bupati Wakatobi 2 peride tersebut tak lepas karena posisinya sebagai Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan tokoh/pembina Pariwisata Sulawesi Tenggara. Hugua bahkan tampil dan memberikan pidato terkait kegiatan kepariwisataan di Sulawesi Tenggara serta memuji kegiatan Festival Benua yang dihelat cukup meriah tersebut.

“Saya berterimakasih pada panitia khususnya Pak Camat Benua yang sudah bekerja keras dan cukup baik menyelenggarakan kegiatan Festival di daerah ini,”kata Hugua. Menurutnya, dengan mendorong pelestarian budaya, tidak hanya akan menyelamatkan pranata budaya, tetapi juga turut merawat investasi pariwisata di Sulawesi Tenggara.
Menurut Hugua, daratan Sulawesi Tenggara merupakan surga bagi pariwisata, khususnya yang berada di sepanjang kawasan Rawa Aopa yang dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Rawa aopa selain sebagai surga burung air, juga merupakan kawasan strategis dunia sebagai situs ramsar terbesar di dunia, Kekayaan hayati semakin lengkap dengan keberadaan masyarakat adat yang bermukim disepanjang perbatasan taman nasional Rawa Aopa. Sehingga patut untuk terus dijaga dan dilestarikan sebagai masa depan pariwisata Sulawesi Tenggara.

Hugua tentu tidak sedang mendongeng. Sebagai sahabat Saya tentu mempercayai beliau dengan segenap kemampuannya. Ia memaparkan data dan fakta bahwa negeri Konawe Selatan benar-benar kaya akan potensi wisata, Meski pidatonya terbilang singkat, tapi benar-benar sarat makna. Hugua adalah bekas bupati dua periode di Kabupaten Wakatobi, melalui sentuhan kebijakannya selama sepuluh tahun, Ia berhasil membawa Wakatobi sejajar dengan daerah-daerah terbaik di Indonesia bahkan dunia untuk urusan kepariwisataan. Prestasi terakhir yang ditinggakan beliau, Wakatobi masuk top ten (10) wisata Iandonesia.

Dan di lapangan Benua hari itu, Ia sedang mengingatkan semua orang di Konawe Selatan, bahwa, optimisme membangun kepariwisataan secara serius adalah sesuatu yang wajib, jika perlu pemimpin wilayahnya harus berani menjadikan kepariwisataan sebagai visi dan misi membangun daerah. “Ini adalah sebuah ‘harta karun’ yang jika dikelola serius dan berkesinambungan akan mensejahterakan rakyat konawe selatan,”pidato Hugua di depan ribuan warga Konawe Selatan pada 2017 silam.Sk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *