PRANCIS, suarakendari.com—Sebagai anggota delegasi Indonesia di acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perikliman atau ‘Nice Climate Summit 2024’ yang berlangsung Palais De La Mediterranne – Kota Nice Prancis, Pj. Wali Kota Baubau Dr. H. Muh. Rasman Manafi, SP., M.Si mendapat kehormatan mempresentasikan pemikirannya di hadapan forum dengan tema ‘optimizing maritem spatial planning: enchancing global connectivity’ (Optimasi perencanaan tata ruang maritim: meningkatkan konektivitas global) pada Jumat pagi waktu setempat, 27 September 2024.
Pada kesempatan tersebut, Dr. Rasman mempromosikan Kota Baubau sebagai ‘kota pemilik benteng terluas di dunia’ dengan luas 23.375 Ha dan panjang keliling 2,740 km yang telah terbangun sejak abad-16, serta kota ini memainkan peranan penting sebagai jalur penghubung laut dari barat ke timur Indonesia dengan posisi strategis di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)-III yang menghubungkan Asia Timur-Australia dan Asia Pasifik.
Karena dalam posisi itu, Pj. Wali Kota Baubau ini menjelaskan hubungan benteng keraton dengan kawasan laut ini, bahwa Benteng tersebut ini memainkan peran penting dalam mengendalikan jalur laut dan menjamin keamanan regional.
“Kota Baubau memiliki visi menjadi hub maritim di Sulawesi dan Indonesia bagian timur. Untuk mencapai hal tersebut, penataan ruang harus mengintegrasikan wilayah darat dan laut, selaras dengan kebijakan nasional penerapan Rencana Tata Ruang Laut Terpadu (IMSP) untuk mendukung pembangunan maritim dan beradaptasi terhadap perubahan iklim global,” papar Dr. Rasman dalam bahasa Inggris, dan salam sambutan dengan menggunakan bahasa Prancis.
Sebelum mempromosikan Kota Baubau, Dr. Rasman mengajak memory peserta forum tentang Indonesia dengan kepopuleran Bali, serta Wakatobi yang memiliki wisata selam dan pantai yang Indah.
“Pada tahun 1990, penyelam terkenal asal Perancis, Jacques Cousteau, menyebut Wakatobi sebagai “surga bawah laut”, karena keanekaragaman hayatinya yang luar biasa dan terumbu karangnya yang menakjubkan.” Ujarnya.
Namun sebelum Wakatobi, kata Dr. Rasman pada peserta forum, semuanya akan melewati Kota Baubau, kota yang memiliki kekayaan sejarah sejak Abad ke-13. “Baubau, terletak di jalur rempah-rempah bersejarah, telah memainkan peran penting dalam perdagangan maritim, yang secara historis dikenal sebagai buton atau butun.” Paparnya.
Secara umum, ia memaparkan kekuatan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 6,4 juta kilometer wilayah laut, dan lebih dari 50 persen penduduknya tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. “Untuk menjamin keberlanjutan, IMSP digunakan sebagai landasan seluruh kegiatan di kawasan tersebut sebelum dikeluarkannya izin lingkungan dan usaha.
“Untuk mendukung adaptasi perubahan iklim dan implementasi MSP, Pemerintah Kota Baubau telah mengidentifikasi tujuh kawasan prioritas pembangunan hijau: Kawasan Konservasi Laut, Kawasan Perikanan Berkelanjutan, Kawasan Pariwisata Terpadu, Kawasan Pengembangan Infrastruktur Hijau Kelautan, Kawasan Energi Terbarukan, Kawasan Pesisir Berkelanjutan, dan Kawasan Maritim bidang penelitian dan pengembangan” ujar Dr. Rasman.
Sebagai penutup, kami yakin forum ini dapat membina kerja sama yang konstruktif dalam mencapai msp yang berkelanjutan. Kota pesisir yang berkelanjutan dengan perekonomian regional yang kuat, dan kota dengan kemampuan beradaptasi tertinggi.
“Barakatina Tana Wolio, terima kasih, Merci Beaucoup” imbuhnya menutup presentasi. Sk