Historia

Cerita Mumbul, Mabuk Murah ABG Kendari

×

Cerita Mumbul, Mabuk Murah ABG Kendari

Sebarkan artikel ini

Istilah mumbul pernah benar benar populer di kalangan anak muda Kendari . Istilah tentang cara mabuk dengan obat murah yang banyak menjerumuskan anak-anak muda ke dunia malam yang kelam. Kala itu, sekira tahun 2015, bukan perkara sulit mendapatkan obat obatan agar bisa mumbul. Obat murah ini lebih sebagai pengganti narkoba yang harganya cukup mahal di pasaran. Tak seperti narkoba, mumbul digunakan sebagaisatu satunya jalan menghidari dari jeratan hokum.

“Jenis Narkoba yang digunakan dengan harga selangit tentu tidak dapat dirasakan mereka dengan kelas ekonomi menengah ke bawah, sementara mumbul bisa dirasakan dengan harga yang relatif murah.  Untuk mendapatkan obatnya juga sangat mudah. Pasalnya, jenis obat yang digunakan para remaja untuk mumbul banyak diperjual belikan di apotik,”kisah Ikbal, mantan pengguna.

Bagi sebagian remaja, jaman itulah dimana beberapa jenis obat yang biasa digunakan untuk mumbul memang tidak dibatasi, dengan kata lain tidak memerlukan resep untuk mendapatkan juga sangat mudah.

“Memang ada beberapa jenis obat yang bisa digunakan seperti Dextro, harganya juga sangat murah hanya Rp. 2.000,- satu strip, untuk menjual obat seperti ini kami di apotik tidak memerlukan resep karena bukan obat psikis jadi dijual bebas,”ungkat Andi salah satu petugas apotik di kawasan Lepo-Lepo, Kendari.

Menurutnya, remaja kala itu  menyalah gunakan fungsi dari obat-obat tersebut, sehingga sengaja diminum dengan dosis berlebihan, jadi bisa menikmatinya yang namanya mumbul.

“Sebenarnya tidak ada yang salah dengan obat generik, karena mereka yang melakukan mumbul tidak menggunakan obat tersebut sesuai dengan fungsinya melainkan efek sampingnya yang jika diminum melebihi dosis akan membuat orang terbang atau fly,” jelasnya.

Harga obat-obatan tersebut juga bervariasi, ada yang mencapai puluhan ribu dan hanya ribuan. Andi memberikan salah satu contoh obat paten yang dijual dengan kisaran harga Rp 30 sampai Rp 40 ribu.

Jenis obat lain yang biasa digunakan untuk mumbul yakni jenis Tramadol yang juga bisa didapatkan dengan mudah karena hargnya hanya Rp. 10 ribu

Jenis obat-obatan yang biasa digunakan untuk mumbul memang bebas diperjual belikan di apotik, hanya saja pihak apotik juga memiliki cara tersendiri untuk mencegah para remaja yang menyalah gunakan obat-obatan tersebut.

“Proses jual belinya memang kami lakukan secara bebas, tapi jumlahnya kami batasi, jika ada yang ingin beli dalam jumlah banyak, kami hanya mengatakan tinggal satu strip saja,” ujarnya.

Sebagian besar yang membeli jenis obat-obatan tersebut berasal dari kalangan remaja, bahkan menurutnya saat ini yang banyak digunakan itu jenis obat Antimo dan Neo Napachin.

“Kalau saya perhatikan khusus daerah lepo-lepo, anak-anak disini banyak yang cari Antimo dan Neo Napachin, padahalkan Antimo digunakan untuk obat anti mabo dalam perjalanan, sementara Neo Napachin untuk asma, tapi itu tadi bukan fungsi dari obat melainkan mereka menggunakan efek samping yang jika diminum secara berlebihan,” tutupnya.

Sosialisasi Bahaya Mumbul

Pergaulan bebas bagi seorang remaja yang terjadi kala itu  menjadi salah satu faktor menyalah gunakan obat-obatan yang dengan bebas diperjual belikan. Mumbul memang bukan istilah baru lagi dikalangan para remaja saat itu, sayangnya hal ini tidak terkontrol dengan baik, sehingga bagi remaja yang melakukan mumbul terus saja mengalami peningkatan.

Murah dan mudah didapat menjadikan mumbul semakin sering dilakukan oleh para remaja, tidak heran jika para pelakunya bebas melakukan apa saja .

Kesaksian para pengguna, bahwa, banyak faktor yang menyebabkan remaja kala itu berani untuk melakukan mumbul, tidak hanya satu faktor saja.”Saat itu mumbul ini menjadi kebiasaan baru bagi remaja yang mungkin tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang di rumah, tapi bukan hanya itu yang menjadi faktor utamanya, pergaulan serta keadaan lingkungan yang juga mendukung yang lebih parahnya lagi kesenangan sesaat yang ditimbulkan dari mumbul membuat anak remaja tidak pikir panjang untuk terus melakukan mumbul,”jelas Ikbal.

Sebagian besar remaja melakukan mumbul karena dapat menikmati kesenangan sesaat yang tidak realistis, bahkan efek dari mumbul tersebut bisa dirasakan dalam waktu satu hari.

Meskipun bahayanya tidak sebanding dengan obat-obatan jenis narkotika, namun penggunaan obat-obatan yang menyebabkan mumbul juga bisa menyebabkan kecanduan bagi penggunanya.

“Istilah candu ini yang perlu digaris bawahi, sebenarnya kecanduan itu dapat dirasakan ketika si pengguna sudah mulai terbiasa, sehingga tergantung, jadi mau terus menggunakan obat-obatan tersebut meskipun tidak sesuai dengan fungsinya, asalkan efeknya membuat terbang,” katanya.

Bahaya lain yang dapat ditimbulkan akibat dari penyalah gunaan obat-obatan tersebut, dapat merusak fungsi hati dan ginjal, sehingga bagi para remaja yang sudah menjadikan obat-obatan murah sebagai langkah untuk mumbul, sebaiknya dihentikan.

“Semua obat yang diperjual belikan sudah memiliki fungsinya masing-masing, manakala tidak sesuai, tentu dapat merusak organ tubuh kita, seperti hati dan ginjal,” ujarnya.

Seiring dengan perkembangan zaman dan pergaulan bebas yang dilakukan oleh remaja masa kini, ia dapat memastikan pelaku mumbul ini terus mengalami peningkatan, meskipun ditutup-tutupi.

Ia menyadari sebagian kecil orang tua korban mumbul, sudah ada yang datang kepada dirinya untuk melakukan konsultasi, tapi orang tua yang belum melaporkan hal tersebut pasti jauh lebih banyak.

“Secara logika saja, untuk melakukan mumbul ini sangat mudah, dengan harga obat yang relatif murah tentu memudahkan banyak orang untuk bisa merasakan mumbul, jangankan mumbul, pengguna narkoba yang mahal saja terus meningkat, apalagi hanya mumbul,” tukasnya.

Mereka yang sudah merasakan mumbul, memang tidak sebanding dengan mereka yang menggunakan narkoba, tapi secara ilmu kedokteran, orang-orang yang terbiasa dengan mumbul juga memerlukan pertolongan.

“Pendapat pribadi saya, orang yang sudah sering melakukan mumbul, perlu direhabilitasi karena mereka juga perlu pertolongan, untuk mengubah kebiasaan tersebut sehingga bisa hidup normal lagi seperti manusia lainnya tanpa ketergantungan terhadap obat-obatan,” sarannya.

Seiring waktu penyalahgunaan obat melalui mumbul kini  menghilang dari kehidupan remaja, terlebih lagi adanya  himbauan pihak medis dan juga pihak kepolisian terkait bahaya mengkonsumsi obat-obatan serta sanksi hokum yang akan menjerat para pelaku.(SK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *