SUARAKENDARI.COM-Di tengah gencarnya pembangunan kota dan geliat ekonomi yang makin hidup, masih ada ribuan warga Kendari yang merasa tak terlayani. Mereka adalah perempuan miskin pelaku usaha mikro, penyandang disabilitas, pemuda, dan kelompok ragam gender yang setiap hari menghadapi realitas keras karena keterbatasan akses pelayanan publik dasar.
Seorang ibu—pedagang gorengan di pasar tradisional. Ia bangun setiap pukul 3 pagi, menyiapkan bahan dagangan dengan air bersih yang dibelinya seharga lima kali lipat dari tarif PDAM. Setiap rupiah dihitung, karena air bukan hanya untuk hidup, tapi juga untuk bertahan di tengah beban ekonomi yang makin berat. Ia bukan satu-satunya. Ada ratusan, mungkin ribuan warga Kendari yang menghadapi dilema serupa setiap hari: memilih antara kebutuhan dasar dan kelangsungan hidup.
Di lorong sempit permukiman padat, seorang pemuda mencoba menggerakkan komunitasnya untuk memilah sampah. Namun, tanpa dukungan armada, fasilitas, atau pelatihan, usahanya kandas. Tumpukan sampah di pasar dan tempat umum terus membesar, membawa bau, penyakit, dan rasa frustasi.
Lalu, di sisi lain pasar, seorang perempuan disabilitas mencoba berjualan di kios kecil miliknya. Ia rutin membayar retribusi pasar, tetapi akses ke toilet bersih, atau sekadar tempat aman untuk berdagang, masih menjadi kemewahan yang belum bisa ia jangkau. Transparansi soal retribusi? Hampir mustahil ia pahami, karena sistem masih manual dan tidak inklusif. Bertahan, yang penting tetap bisa berjualan menyambung hidup.
Hari ini, suara mereka tak lagi bisa diabaikan. Mereka menyerukan satu hal: layanan publik yang adil dan berpihak, bukan diskriminatif atau eksklusif.
Kondisi Nyata di Lapangan: AIR BERSIH: Beban Hidup yang Mahal
Dari data Laporan Kinerja PDAM Kota Kendari tahun 2023, PDAM hanya melayani 65% wilayah Kota Kendari. Warga di pesisir, pinggiran, tempat banyak komunitas miskin tinggal, masih banyak belum terjangkau layanan air bersih. Mereka terpaksa membeli air bersih hingga Rp50.000 per 1.000 liter, sedangkan tarif PDAM hanya Rp3.500–5.000/m³.
Ini berdampak besar bagi pelaku UMKM usaha mikro bidang kuliner, perempuan kepala keluarga, dan keluarga disabilitas yang sangat bergantung pada air bersih.
SAMPAH: Kesehatan dan Martabat Warga
Kota Kendari menghasilkan 400 ton sampah per hari, tercermin dari data Dinas Lingkungan Hidup Kota Kendari Tahun 2023 tentang Pengelolaan Sampah Harian di Kota Kendari. Namun hanya 60% yang berhasil diangkut.
Truk pengangkut yang ada saat ini tidak mencukupi, terutama untuk area pasar dan pemukiman padat. TPA Puuwatu hampir penuh, sementara fasilitas pemilahan sangat minim—hanya 10% sampah yang didaur ulang. Kelompok pemuda dan komunitas bank sampah telah banyak berinisiatif, tapi tidak ada dukungan sistemik dan pembiayaan berkelanjutan dari pemerintah.
RETRIBUSI PASAR: Membayar Tapi Tidak Terlayani
Data BPS Kota Kendari tahun 2023 menunjukkan, target pendapatan retribusi pasar 2021: Rp12,5 miliar, realisasi: hanya Rp. 4,2 miliar (33,7%). Sistem masih manual, rawan penyimpangan, dan tidak transparan. Fasilitas pasar tradisional seperti toilet, parkir, dan sanitasi masih buruk, padahal mayoritas pedagang adalah perempuan pelaku usaha mikro. Sistem yang tidak inklusif menyulitkan kelompok disabilitas dan mereka yang tidak terbiasa teknologi.
Mengapa Ini Penting?
Pelayanan publik yang berkualitas adalah pondasi keadilan sosial. Tanpa air bersih, pasar yang sehat, dan lingkungan yang layak, kelompok rentan semakin sulit keluar dari lingkaran kemiskinan. Ini bukan hanya soal layanan teknis, tetapi soal hak, martabat, dan peluang hidup yang setara.
Perempuan, pemuda, kelompok ragam gender dan disabilitas pelaku usaha mikro dan ultra mikro tak hanya kehilangan pendapatan karena mahalnya air atau pasar kotor—mereka kehilangan harapan. Pemuda penggerak komunitas tak hanya kekurangan sarana—mereka kehilangan kepercayaan. Disabilitas dan kelompok ragam gender tak hanya menghadapi hambatan fisik—mereka menghadapi sistem yang tak peduli pada keberadaan mereka.
Hak Warga yang belum terpenuhi :
1.Ekspansi cakupan air bersih hingga 80% wilayah kota dengan prioritas untuk permukiman marjinal dan pelaku usaha mikro.
2.Peningkatan kualitas air PDAM, sehingga layak untuk konsumsi (tidak berwarna, keruh dan berbau) hingga perbaikan sisitem distribusi air bersih yang bermasalah , yang menyebabkan kehilangan air hingga 40% dan distribusi menjadi tdak merata
3.Pengelolaan sampah yang mendukung komunitas lokal, termasuk penyediaan infrastruktur pemilahan dan edukasi di tingkat rumah tangga.
4.Menambah armada pengangkut sampah dan terjadwal dengan baik.
5.Melibatkan komunitas perempuan, pemuda dan kelompok marjinal lainnya dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas.
6.Dukungan kebijakan dan pendanaan untuk pengelolaan sampah berbasis komunitas dan edukasi di tingkat rumah tangga, dengan modernisasi sistem angkut serta dukungan pada bank sampah.
7.Transformasi retribusi pasar secara digital dan inklusif, dilengkapi pelatihan, transparansi dana, dan perbaikan fasilitas pasar dan akses yang ramah difabel
Kami Percaya: Kolaborasi adalah Kunci
Kami menyerukan kepada Pemerintah Kota Kendari untuk tidak bekerja sendiri. Libatkan masyarakat sipil, komunitas lokal, kelompok disabilitas, organisasi perempuan, pemuda, dan pengusaha mikro dan kecil dalam perencanaan hingga pelaksanaan layanan publik.
Jangan biarkan pembangunan hanya dinikmati segelintir orang. Inklusivitas bukan pilihan, tapi keharusan.
Mari Suarakan Perubahan:
#KendariAdil
#LayananUntukSemua
#UMKMBerdaya
#DisabilitasPunyaHak
#PemudaBisa
#SampahTertangani
#AirBersihUntukSemua
Penulis : Sarifain, SP
Aliansi Perempuan Sulawesi Tenggara (ALPEN SULTRA)