Tips & Trik

Pentingnya Edukasi Mitigasi Kebencanaan khususnya Bencana Gempa Bumi

×

Pentingnya Edukasi Mitigasi Kebencanaan khususnya Bencana Gempa Bumi

Sebarkan artikel ini

Mitigasi didefinisikan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Secara umum, pengertian kalimat mitigasi adalah mengurangi resiko. Jika dituliskan “mitigasi dampak bencana”, tentu pengertiannya menjadi mengurangi resiko akibat bencana atau musibah yang terjadi. Pengertian mitigasi, bukan hanya untuk musibah atau bencana yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa gejala awal. Mitigasi juga dapat diperlakukan pada musibah yang sudah diprediksi sebelum terjadi, musibah gunung meletus misalnya.

Sebelum gunung meletus, biasanya sudah ada tanda-tanda seperti guguran lava atau semburan asap panas keudara. Ada juga gempa-gempa kecil (tektonik) akibat berubahnya struktur batuan di dalam perut gunung. Begitu juga dengan banjir (bandang) dan tanah longsor, selalu ada gejala awal. Hujan turun yang agak lama dengan intensitas yang tinggi, sudah mengisyaratkan dapat terjadi banjir. Terutama bagi wilayah yang berada ditepi sungai.

Untuk gempa bumi, ini salah satu bencana yang sulit diprediksi. Belum ada teknologi yang benar dan tepat untuk mendeteksi kapan, dimana dan berapa parahnya (besaran magnitudo) yang akan terjadi. Prediksi akan terjadi gempa disatu tempat, hanya berdasarkan perkiraan terjadinya “tabrakan” antara dua lempeng bumi. Misalnya lempeng Indo eurasia dan Australia yang terus saling mendesak (tabrakan) dengan “kecepatan” 6 sentimeter pertahun.

Memang kelihatannya kecil, hanya 6 sentimeter pertahun. Tetapi jika disadari luas (lebar) lempeng yang bertabrakan mencapai (masing-masing) ribuan kilometer, dapat dibayangkan besarnya energi yang dilepaskan. Selain berdasarkan perhitungan teknis, gempa juga dapat diprediksi berdasarkan historis (sejarah). Karena akibat bertabrakan kedua lempeng itu, selalu terjadi pelepasan energi (gempa) secara berulang dengan interval (tenggang waktu) yang tetap. Misalnya, setiap 200 tahun sekali, terjadi pelepasan energi (gempa Aceh tahun 2004). Ada prediksi dari BMKG tentang gempa besar (megatrusht), juga didasari oleh historis.

Karena musibah akibat gempa sulit diprediksi tepat dan tempatnya terjadi (kapan dan dimana), kita yang “berada” didaerah rawan gempa tentu harus akrab dengan mitigasi bencana. Misalnya :
1. Jauhkan barang berat dari tempat tidur seperti barang-barang diatas lemari atau kaca hias didinding.
2. Atap rumah, sebaiknya dikurangi dari beban yang berat seperti genteng yang tebal, dapat diganti dengan asbes, seng atau sirap. Gempa Mamuju tahun 2021 tidak menimbulkan kerusakan parah, karena di Mamuju hampir 75 persen rumah penduduk memakai atap dari seng.
3. Siapkan senter, drum (kecil) plastik untuk menampung air bersih, terpal. Terutama terpal, mutlak perlu disiapkan dua lembar ukuran sedang. Jika terjadi gempa, sebaiknya tidur diluar rumah dulu beratapkan dan beralaskan terpal (jadi 2 lembar terpal). Karena, kebanyakan rumah roboh karena gempa susulan. Gempa awal meretakan dinding dan pondasi, gempa susulan (kadang lebih besar dari gempa awal) merobohkan bangunan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *