Peristiwa

Nasib Rakyat di Negeri Penghasil Minyak Sawit

×

Nasib Rakyat di Negeri Penghasil Minyak Sawit

Sebarkan artikel ini

Mariani tak mau ketinggalan, sejak pukul 07.00 pagi perempuan parubaya sudah menyambangi Kantor Perum Bulog Sultra, untuk mengantri minyak goreng dalam pasar murah yang di gelar Perum Bulog Sultra dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tenggara, Kamis (3/32022).

Di sana, ratusan orang juga sudah menanti di depan jalan raya. Saat pagar dibuka, warga yang dominasi ibu ibu berhamburan masuk dan saling berkejaran menuju loket pembelian minyak goreng yang baru saja dibuka petugas.

Meski pembelian khusus minyak goreng dibatasi 3 bungkus per orang, dengan harga Rp.12.150 per 900 mili liter, namun tak menghentikan warga untuk antri, mengular.

“Karena panjangnya antrian, saya baru dapat giliran sekitar jam 9 pagi,”kata Mariani.

Beruntung cuaca tak terik, namun awan tebal cukup membuat gerah. Belum lagi lamanya antrian membuat warga harus bisa bersabar menanti pembagian minyak yang tidak gratis itu.

Mariani hanya bisa berharap pemerintah segera menstabilkan ketersediaan minyak goreng sehingga warga tidak perlu mengantri berjam-jam hanya untuk mendapatkan jatah 1 liter minyak goreng. Mariani mungkin beruntung mendapatkan minyak goreng, tetapi berbeda dengan puluhan ibu ibu lain yang harus gigit jari tidak mendapatkan jatah minyak goreng hingga batas waktu berakhir.

Pemerintah nampaknya harus menggelar pasar murah menyusul makin langkanya minyak goreng di pasaran, khususnya di kota kendari. Karenanya, dalam pasar murah, disediakan beberapa kebutuhan pokok, seperti minyak goreng, gula dan terigu. Namun pemerintah tak mengira jika pasar murah yang mereka buka akan mengundang kerumunan besar hingga mengabaikan protokol kesehatan. Padahal di waktu yang sama pandemi belum berakhir dan Kota Kendari masih berada dalam Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3.

Kadis Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, Sitti Saleha mengatakan, pasar murah yang di gelar bersama Perum Bulog Sultra tidak lain untuk menstabilkan harga serta stok khusus minyak goreng.

“Dalam pasar murah kami menyiapkan 9 ton minyak goreng untuk di jual di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yang di tetapkan Pemerintah, “Kata Sitti Saleha.

Selain minyak goreng warga juga bisa membeli kebutuhan pokok lainnya seperti gula dan terigu.

Disinggung terkait antrian warga yang tidak taat protokol kesehatan, Kadis Perindag Sultra menyatakan hal itu tidak bisa di hindari. Namun mereka yang antri di wajibkan memakai masker.

Sementara itu, Kepala Divisi Regional Perum Bulog Sultra, Siti Mardati Saing, mengatakan kegiatan pasar murah di gelar selama 3 (Tiga) hari dimulai dari tanggal 3 hingga 5 Maret 2022.

“Melihat antusias warga yang begitu besar, tidak tertutup kemungkinan pasar murah kami perpanjang, “ungkap Siti Mardati Saing.

Sultra sendiri merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya ditumbuhi kelapa sawit. Sejumlah daerah seperti konsel, konawe, kolaka merupakan sentra perkebunan sawit. Namun apa dinyana, negeri penghasil sawit namun rakyatnya harus antri minyak goreng. Sungguh ironi. (Ys)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *