Humaniora

Mereka Menggantungkan Hidup dari Rawa

×

Mereka Menggantungkan Hidup dari Rawa

Sebarkan artikel ini

Dari atas perahu kecil, Rafi mengitari rawa. Ia memastikan lokasi yang tepat mendapat ikan yang banyak. Satu persatu tiang kecil ditancap ke dasar sungai. Lalu mengikat nilon kecil serata air, persis tengah tengah tiang. Perlahan Rafi menurunkan pukat ke dasar sungai. Tak lebih 45 menit hampir 100 meter pukat dari nilon terbentang di antara gugus delta rawa. Ia lantas berpindah ke lokasi di sebelah, memasang pukat lainnyanjuga mengitari gugus delta yang banyak terbentuk di rawa ini.

Rafi nelayan yang berdomisili di desa makaleleo unggulino, sejak umur 17 tahun sudah mencari ikan di rawa aopa. Berangkat dari pagi sampai sore hari mendapatkan ikan. Pria muda itu menangkap ikan menggunakan bubu dan pukat tanam dan dalam sehari mampu memperoleh 10 kg ikan.

Salah satunya jenis ikan yang banyak dicari jenis borubi dan ika danggo. Begitu orang lokal menyebutnya. “Ika Danggo sangat banyak di sini, ada juga borubi dan ikan gabus,”kata Rafi, warga.

Mencari ikan di rawa terbesarbdi dunia ini, Ia tak sendiri. Rafi adalah satu dari puluhan nelayan dari tiga desa sekitar rawa yang kini bergantung pada ekosistem rawa aopa. Mereka tergabung dalam kelompok nelayan yang setiap kelompok menaungi 20 orang nelayan. Informasi dari petugas resort rawa aopa setidaknya ada 3 kelompok yang secara resmi terdaftar beraktifitas mencari ikan di zona pemanfaatan. Mereka hanya diijinkan beraktifitas dengan menggunakan peralatan tangkap tradisional seperti alat bubu dan pukat pasang agar kelestarian lingkungan tetap terjaga.

Rafi mengaku tak punya pekerjaan lain, selain mencari ikan. “Hidup Kami di sini mencari ikan demi menghidupi keluarga dan Saya berharap rawa ini selalu ada, jangan sampai tercemar,”ujarnya.

Fahrizal Adi Pradana , Kepala Subsektor Resort Rawa Aopa menjelaskan,Taman Nasional Rawa Aopa menjadi penopang keberlangsungan kehidupan sekaligus sumber ekonomi bagi warga desa di sekitarnya. Ada banyak nelayan bergantung hidup di sana. Hampir setiap hari nelayan mencari ikan air tawar di sini menggunakan sampan tradisional. Mereka menyusuri sepanjang rawa seluas 12.000 hektar.

Ekosistem rawa dengan rawa aopa sebagai sentralnya, menampikan kehidupan yang lebih beragam lagi, baik fauna maupun floranya. Jenis satwa yang akrab dengan penduduk karena menjadi sumber penghidupan adalah berbagai jenis ikan air tawar seperti ikan gabus (chana striata), lele (clarias batrachus), sepat (tricogaster spp), karper (helostoma temenckii), berubi (anabas testudineus), belut (monopterus albus) dan lain-lain.

Selain itu, berbagai jenis burung air (water fowl) seperti aroweli (mycteria cinerea), percuk ular (anhinga melanogaster), cangak merah (ardea purpurea), bangau (egretta intermedia), koak merah (nyctocorax coledonicus), belibis (dendrocygna arquata) dan lain-;lain.Satwa jenis reptilian adalah buaya (crocodylus porosus), biawak (varanus salvator), soa-soa (hydrosaurus amboinensis), ular sanca (phyton reticulatus),ular hijau dan ular hitam. Mamalia antara lain anoa, babirusa (babyrousa), babi hutan (sus celensis), dan lain-lain.

Rawa aopa merupakan sebuah cekungan dengan substrat gambut, tempat bermuaranya tiga buah sungai besar di Sulawesi Tenggara, yakni sungai Loea, Simbune dan Ladongi. Selain itu, rawa gambut yang luas ini merupakan daerah tangkapan air (catchment area). Air rawa ini lalu bermuara ke Sungai Konaweeha, yang selanjutnya bermuara ke laut banda. Air ini memasok air minum bagi penduduk Kota Kendari dan sekitarnya.

Pada saat curah hujan normal, daerah genangan rawa tersebut meliputi dataran seluas kurang lebih 30.000 hektar, dimana 12.000 hektar diantaranya berada alam kawasan TNRAW. Di tengah rawa gambut ini, ada sebuah pulau yang dinamaakan Pulau Harapan II yang dilengkapi dengan sebuah pos jaga yang dapat dialihfungsikan sebagai tempat persinggahan wisata. Ditempat ini juga terdapat sebuah jembatan besi besar yang menyeberangi sungai aopa yang berada di tengah-tengah rawa aopa dan menghubungkan bagian rawa sebelah timur kecamatan angata dengan barat kecamatan puriala. Kabupaten Konawe Selatan dan kabupaten Konawe sebagai tempat persinggahan pengunjung sekaligus dapat menikmati keindahan panorama alam berupa view.

Selain itu, pengunjung juga dapat mengunjungi pusat informasi tentang apa itu rawa aopa dan informasi terkait lainnya di sekteratiat Asosiasi Kerukunan Masyarakaat Pelestari Rawa (Akmaper) yang juga berfungsi sebagai pusat informasi , yang terletak di di ujung jembatan tersebut. Tidak hanya itu untuk memanjakan pengunjung dalam sekretarian Akmaper juga terdapaat unit usaha penjualan makanan /minuman dan kerajinan anyaman khas masyarakat setempat (suku tolaki).

Kegiatan wisata lainnya yang dapat dilakukan di Rawa aopa adalah rekreasi, mendayung perahu tradisional, memancing ikan, mengamati tumbuhan rawa, mengamati berbagai jenis burung air (bird watching), foto hunting, berkemah, peneelitian dan menyaksikan aktifitas masyarakat tolaki mencari ikan. Fasilitas lainnya yang tersedia bagi pengunjung yaitu jalan, shelter, dermaga, jembatan, camping ground dan alat transportasi air berupa perahu baik yang bermesin maupun yang menggunakan perahu dayung.

Untuk sampai ke Rawa Aopa ini yakni dari Kota Kendari-Ranomeeto- Rawa Aopa (80 KM) dengan menggunakan angkutan bus damri, carteran maupun kendaraan pribadi. kondisi jalan aspal mulus dengan waktu tempuh selama 1 jam. dapat dikunjungi sepanjang tahun. Tapi sebaiknya pada bulan Juli- Agustus saat masyarakat lokal melakukan pesta adat. Kondisi rawa aopa umumnya bertopografi datar dan berair dengan ketinggian 0 Mdpl, kelembaban 23 persen dan temperatur 22-34 derajat celcius.

Naskah & Foto : Joss Hasrul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *