Environment

Merawat Sungai Merawat Kehidupan

×

Merawat Sungai Merawat Kehidupan

Sebarkan artikel ini
Bersih dan indahnya sungai lahundape di kawasan sarungga city. foto: Joss

Bersih dan jernih adalah cerita sekarang di Sungai Lahundape. Sungai yang membelah di bagian sisi barat Kota Kendari ini Nampak bersih dibanding sungai-sungai lain di kota ini. Tak ada sampah yang mengambang di permukaan sungai.

Menjaga sungai agar bersih tentu memiliki cerita panjang di tempat ini. Dulunya sungai ini tak ada bedanya dengan sungai-sungai lain di kota ini. Jorok dan dipenuhi timbunan sampah rumah tangga. Warga yang umumnya membangun rumah di bantaran sungai menjadikan sungai Lahundape sebagai bak sampah alami. Sejak lama Sampah-sampah basah dan kering semua dibuang ke dalam sungai, sungai ibarat tong sampah raksasa yang menjadi pembuangan akhir masyarakat. Itu cerita dulu.

Sungai lahundape di daerah Sarungga menjadi lokasi budidaya ikan air tawar. foto: Joss

Kondisi sungai yang memprihatinkan itu mendorong kesadaran sebagian warga untuk memanfaatkannya. “Mula-mula hanya dilakukan empat orang warga saja. Mereka membersihkan dan membendung sungai dengan batu gunung yang diikat kawat, untuk menampung air. Benih-benih ikan diturunkan ke sungai dan dijaga selama kurang lebih empat bulan. Alhasil, mereka berhasil memanen ikan dan membagi-bagikan pada warga lainnya,”ungkap Gatot, warga setempat.

Kursi dan meja disiapkan di sisi Kali sarungga yang terletak di Jalan Bunga Kolosua, Kelurahan Kemaraya, Kota Kendari sehingga menambah keindahan sungai.

 

Keberhasilan inilah yang memantik kemauan warga lainnya untuk beramai-ramai membendung sungai dan menjaganya hingga kini. Warga juga membuat aturan main dalam menjaga kebersihan, seperti bekerja berkolompok dan saling mengingatkan untuk tidak membuang sampah. Tidak ada sanksi yang diberikan, tetapi hanya saling mengingatkan dan menghargai.

Pihak pengelola tahura nipa nipa meninjau lokasi budidaya air tawar di sarungga. foto: Joss

Jika dapat menyempatkan diri mampir ke daerah ini, saat siang ada banyak anak-anak memanfaatkan sungai untuk mandi dan bermain, tanpa dipungut biaya sepersen pun. Gratis.

Bertahun tahun silam warga sudah kerap memelihara ikan di sungai yang panjangnya kurang lebih 50 meter ini. Warga memanfaatkan sungai kecil ini untuk memelihara berbagai jenis ikan air tawar. Tapi lebih banyak kan berjenis nila, mujair dan ikan mas.

Warga sedikit terbantu dengan adanya pasar kecil di tengah pemukiman warga. Pasar pagi yang telah berdiri dua puluh tahun ini menjadi pasar penyanggah bagi warga yang bermukim di kawasan ini. Ini tentu peluang memanfaatkan pedagang ikan yang sering membuang limbah ikan mereka ke dalam sungai. Warga menyarankan agar pedagang ikan yang berjualan di sisi sungai untuk terus membuang limbah ikan ke sungai ini dengan harapan limbah membatu penggemukan ikan. Limbah ikan memang memiliki kandungan protein yang baik untuk kesehatan ikan, dibanding makanan ikan seperti Pelet yang memilki kandungan kimiawi tinggi. Bagi warga makan pelet hanya menjadi makanan tambahan saja.

Memelihara ikan di sungai tentu memiliki banyak resiko, terutama saat musim hujan tiba. Banjir yang datang dari hulu sungai dipastikan menyapu bersih semua yang dilaluinya dibagian hilir. Dari kejadian itulah warga kemudian pernah mengantisipasinya dengan membuat karamba apung yang diletakkan di sisi kiri sungai. Warga cukup melihat cuaca/kalender iklim di kendari, jika musim penghujan tiba, ikan-ikan segera dipanen dan disimpan dalam karamba.

Kegigihan warga menjaga sungai, seharusnya membuat pemerintah Kota Kendari terketuk memberi apresiasi dan setidaknya menjadikan sungai Lahundape menjadi sungai percontohan bagi sungai-sungai lainnya di Kendari. Mengurusi sungai tak sekedar mengurusi lingkungan sekitar sungai saja, tetapi juga ikut mengurusi bahkan mungkin akan menyelamatkan teluk kendari yang menjadi muara akhir dari aliran sungai-sungai di kendari.

Seperti diketahui keadaan teluk kendari saat ini sudah sangat kritis akibat degradasi lingkungan yang akut. Sayang hingga kini potret pengelolaan sungai ala warga kemaraya ini tak menjadi program berkesinambungan dan seharusnya pemerintah Kota Kendari bisa menjadikan kegiatan ini sebagai salah satu program lingkungan unggulan selain Adipura.

Setidaknya meneruskan apa yang sudah pernah dirintis Tahun 2003 silam, saat Kota Kendari dipimpin Masyhur Masie Abunawas sebagai walikota. Bahkan, ketika itu pemerntah membantu memberikan bibit ikan buat warga setempat. “Saya berharap saatnya pemerintah kota untuk kembali memberikan perhartian pada warga dan menggalakkan gerakan sungai bersih di kota ini,”kata Gatot.

Pertemuan rutin antara komunitas pelestari sungai dengan pihak unit pengelola terpadu tahura nipa-nipa. foto: Joss

Sebagian lingkungan kawasan berjuluk zarungga city kini terlihat berbeda. Ada banyak lukisan mural terpampang di dinding tanggul sungai, juga sebagian terpampang di dinding saluran air rumah warga. Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya. Lukisan tangan para pemuda di Zarungga city ini dimulai sejak Agustus 2018 lalu.

Keberadaan lukisan mural ini telah ikut memompa napas kepedulian warga yang bermukim di daerah aliran sungai lahundape untuk terus bergotong royong melestarikan sungai di sana. Selain lukisan, anak-anak lorong juga menata kawasan pinggir kali dengan kursi mini dan meja dari akar kayu agar warga atau juga orang luar yang kebetulan mampir berbelanja di pasar kali bisa nongkrong di tempat ini. Beberapa mereka berseloroh, masih ada yang kurang, bagus kalo di fasilitasi wifi gratis mungkin akan semakin ramai yang hadir.

“Sekedar saran, mungkin bijak kalau saja anak-anak muda lorong dapat diberdayakan menjadi garda tata sungai, ya setidaknya seperti upaya pemkot selama ini memberdayakan para “pasukan hijau” di jalan-jalan mengawal piala adipura, setidaknya supporting dana kebersihan dapat disisihkan untuk kebersihan sungai-sungai yang ada dalam kota kendari. Saran ini bisa untuk pemkot, anggota dewan atau bisa juga untuk bekal para caleg mendatang,”ujar Heri, warga.

Sungai lahundape memiliki luas kurang lebih 120 Haktaer dan mengalir sepanjang 12 KM, yang merupoakan salah satu sungai di kota kendari. Sungai lahundape sendiri bersumber dari pegunungan nipa-nipa yang menjadi bagian dari kawasan Taman Hutan Rakyat Nipa-Nipa (Tahura Nipa nipa) kota kendari kemudian mengalir membelaha wilayah administrasi Kelurahan Kemaraya dan bermuara ke teluk Kendari.

Berdasarkan penelitian, sungai lahundape terus mengalami penurunan kualitas akibat perambahan kawasan oleh oknum tidak bertanggung jawab, perburuan liar flora dan fauna kawasan hutan dan ekosistem sungai dan aktifitas wisata yang tidak terkelola dengan baik. Sungai lahundape sendiri merupakan rumah bagi ekosisem biotik maupun abiotik sungai; seperti ikan, burung serta penyedia oksigen bagi warga kota kendari. Tak hanya itu sungai lahundape juga menjadi penyedia air bersih bagi sebagian besar warga yang berdomisili di sekitar kawasan pegunungan nipa-nipa. Serta menjadi sumber penghasilan ekonomi bagi masyarakat pembudidaya ikan. Kerusakan ekosistem sungai tentu akan sangat berdampak serius bagi kelangsungan hisup ekosistem lingkungan kawasan hutan dan sungai serta masyarakat sekitar kawasan. Untuk itu mari kita jaga dan terus lestarikan sungai lahundape. SK

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *