Kultur

Melestarikan Benteng Liya Togo

×

Melestarikan Benteng Liya Togo

Sebarkan artikel ini


Wakatobi, Suarakendari.com- Benteng Liya Togo merupakan situs sejarah Masa lampau di Kabupaten Wakatobi. Benteng bersejarah dapat mengingatkan akan peradaban masa lalu dan terjadinya penyebaran Agama Islam pertama yang dilakukan Oleh Djilabu di Wakatobi.

Di dalam lingkungan benteng terdapat Masjid tua Mubarok atau dikenal juga sebagai Masjid Agung Keraton Liya Togo atau Masjid tua Benteng Liya karena berada di dalam benteng Liya yang terbuat dari batu koral di pulau Wangi Wangi-Wakatobi.

Masjid tua ini dibagun tahun 1546 atau delapan tahun setelah pelantikan Sultan Buton Pertama – Sultan Marhum di tahun 1538.

Benteng ini menjadi saksi bisu sejarah dan simbol kekuatan dan persatuan masyarakat Kesultanan Buton masa lampau sekaligus sebagai tonggak lahirnya gugusan Pulau-Pulau Wanci (Wangi-Wangi), Kaledupa, Tomia Dan Binongko yang disingkat Wakatobi.

Tanah Benteng adalah Tanah adat turunan Pejuang Liya Togo yang berada di wilayah Desa Wisata Liya, karena itu warga sudah bermukim ratusan tahun. Dan mencatat penting, upaya dihidupkannya situs-situs sejarah masa lampau. Kemudian rencananya Bangunan Baruga yang akan ditempatkan untuk menenun bagi perempuan-perempuan Liya Togo Yang suaminya sehari-hari mencari ikan di laut, atau bertani agar-agar .

Warga yang bermukim disekitar Benteng Liya Togo ini Ikut andil memperbaiki peninggalan sejarah dengan membersihkan setiap saat. Peran para Kepala Desa di Liya Togo untuk menjadikan benteng sebagai Benteng sejarah tidak Kalah walau sebenarnya berada di wilâyah pembenahan Pemerintah Daerah.

Saatnya Pemerintah Daerah Wakatobi memberi perhatian pada situs peradaban masa lampau ini. Melakukan sentuhan-sentuhan berupa perbaikan atas situs peninggalan sejarah yang sempat rusak akibat tergerus usia mengingat Tembok Benteng Liya Togo mulai rapuh. Begitu juga Mesjid Liya Togo, Bangunan adat Baruga butuh sentuhan bantuan dana Pemerintah Daerah Wakatobi untuk pemugaran.Sk

Dokumentasi foto: Ali Rahman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *