Humaniora

Kisah Nur Alam dan Tumbuh Suburnya Para Penghapal Quran di Sultra

×

Kisah Nur Alam dan Tumbuh Suburnya Para Penghapal Quran di Sultra

Sebarkan artikel ini

Sepuluh tahun lalu para penghapal quran di Sulawesi Tenggara (Sultra) masih sedikit. Di Kota Kendari saja bisa dihitung jari. Pada momen Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) pemerintah daerah kabupaten/kota terpaksa menyediakan qori dari luar sultra, seperti sulawei selatan (sulsel) dan Jawa karena mereka tidak punya penghapal quran. Sampai kemudian datang kebijakan Gubernur Sultra ketika itu dipimpin H.Nur Alam, saat pertama kali ada MTQ di Kolaka Utara, mulai beliau tegaskan, tidak boleh lagi adal lagi impor -imporan qori,apa yang kita punya, anak-anak kita, itu yang kita naikkan. Apa pun hasilnya, bagaimana pun kualitasnya, kita harus memacu pondok pondok pesantren yang ada di Sultra ini.

“Akhirnya ketika itu, saya masuk dewan juri, kadang ada peserta datang hanya mengulang soal yang dibaca juri karena tidak bisa melanjutkan, itulah kualitas kita saat itu dan harus kita akui. Bahkan ada peserta yang naik atas panggung langsung pingsan, itu kejadian betul, tapi dapat juara. Wallahualam pingsannya betulan atau hanya bohongan entahlah.,”kisah ustad Zezen Zaenal Mursalin pengajar Islamic Center Mu’adz bin JabalIslamic University of Madinah  saat memberikan ceramah melalui channel Muadz TV.

Tapi kata Zezen itu sebatas naik saja, sudah dapat poin, dapat juara pula, karena peserta hanya tiga orang maka harus ada juara tiga. Itu bayangkan saja. Itu sejarah yang harus kita akui. Tapi dengan kebijakan gubernur tadi, membuat pondok-pondok pesantren jadi termotivasi.

“Alhamdulillah, sekarang Sultra menjadi salah satu daerah yang disegani dalam kancah tahfidz. Kemarin kita ikut musabaqah Hifnul quran wasunnah tingkat nasional yang diadakan kedutaan saudi arabia di Jakarta bulan lalu, Sultra mengikutkan tahfiz 6 orang, mereka mengikuti berbagai cabang tahfiz mulai dari 10 juz, 15 juz, 20 juz hingga 30 juz. Dari 6 orang yang dikirim kita dapat 4 juara. Salah satu provinsi yang paling banyak mendapat juara itu Sultra. Ini menunjukkan bagaimana cara Allah menjaga Alquran. Oleh karena itu kita jangan pesimis, dengan mengatakan bahwa susah merubah, tapi ramadhan mengajarkan kita perubahan itu,”kata Ustad Zezen.

Dalam kurun 10 tahun dari MTQ 2013 sangat terasa perubahan hasil dari kebijakan Pak Nur Alam itu. Bahkan kemarin peserta termuda yang ikut lomba tingkat nasional itu berasal dari Kendari. Usianya baru 13 tahun tapi hapal 30 juz, hanya saja dia ikut di kelas 10 juz, tidak ada salahnya biar satu dari semua pertanyaan yang diajukan juri. Kesalahan hanya pada fasohah, pada waqof dan iftidah, hanya karena tidak paham bahasa arab, dimana pas kapan berhenti atau kapan harus memulai bacaan. Kalahnya hanya disitu saja, tapi dapat juara dua.

“Saya tanya sudah berapa juz kamu hapal, dia bilang Alhamdulillah sudah 30 juz ustad. Terus kenapa kamu tidak ikut llmba yang 30 juz? Dia hilang nanti tahun depan saya ikut yang 15 juz dan tahun berikutnya 20 juz, harus pakai strategi, kalo saya ikut lomba di 30 juz tahun depannya saya tidak boleh ikut lagi. Saya pikir betul juga harus pakai strategi,”ungkap Zezen.

Saking kagumnya orang kedutaan saudi pada anak ini, nanti pada Musabaqoh Raja Salman di Riyad, anak ini rencananya akan diundang.

“Hebatnya bapak dari anak ini adalah seorang anggota polri di polda Sultra. Anaknya pada hafiz semua, Saya yang ustad malu karena anak saya saja tidak juara,”kata Zezen.

Itulah cara Allah menjaga Alquran. Pondok pesantren dimana mana, di kota kendari saja ada belasan pondok pesatren yang mencetak para penghapal quran. Untuk itu kita harus yakin dan optimis bahwa Islam adalah agama Allah walau saat ini banyak musuh musuh Allah yang berusaha menghancurkan jalan dakwah dan berusaha untuk menhancurkan islam dan yakinlah Allah yang akan menjaga agama ini. Wallahualam. SK

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *