Historia

Kisah dari Wungkolo, Desa Para Pencari Rotan

×

Kisah dari Wungkolo, Desa Para Pencari Rotan

Sebarkan artikel ini

Desa Wungkolo merupakan wilayah Kecamatan Wawonii Selatan. Ada beberapa informan yang menjadi sumber informasi di desa ini, diantaranya adalah Lukman – mantan Kepala Desa Wungkolo, Imran – warga masyarakat – dan Ibu Lii – Kepala Desa Wungkolo.

Sejarah desa menurut penjelasan Lukman – mantan Kepala Desa Wungkolo – bahwa penamaan “Wungkolo” lebih identik dengan sejenis “Burung Kololo” yang pertama kali dilihat oleh moyang mereka puluhan tahun silam, pada saat pertama kali menginjakkan kaki di tepi pantai selatan Wawonii.

Dijelaskan pula bahwa nenek moyang mereka adalah rombongan pencari rotan yang berjumlah 5 sampai 7 orang yang berasal dari Buton Utara. Mereka sengaja datang mendiami tepi selatan pantai Wawonii untuk mencari rotan dengan alasan bahwa rotan Wawonii sangat tebal.

Atas aktivitas  tersebut, oleh pemerintahan distrik Wawonii pada saat itu, rombongan pengolah rotan ini dibukakan satu desa khusus, tepat ditepian pantai, wilayah inilah yang kemudian menjadi cikal bakal “Wungkolo”.

Karena sudah ada izin menetap dari pihak pemerintahan distrik, rombongan ini kembali ke kampung asal dan memboyong beberapa anggota keluarga yang sudah lama merantau di wilayah Konawe diantaranya berasal dari Asera, Lasolo, Pondidaha, Lambuya, Moramo dan sebagian dari Laonti.

Dalam perjalanannya, pemukiman rombongan tersebut telah 4 (empat) kali mengalami perpindahan. Wilayah hunian mereka pertama kali adalah pinggir pantai, kemudian bergeser di sepanjang aliran sungai, selanjutnya sekitar tahun 1957 mereka mengungsi ke desa Lamongupa (penampungan pengungsi) karena adanya terror gerombolan DI/TII, setelah keamanan mulai kondusif mereka berpindah ke perkampungan kelapa diantara Desa Lampeapi dan Desa Wungkolo. Dan akhirnya sampai saat ini mereka hidup menetap di Desa Wungkolo.

Berdasarkan sejarah terbentuknya, hak kelola atas tanah di desa ini lebih ditentukan oleh hak warisan dari nenek moyang mereka yang telah dikelola secara turun temurun.

Selanjutnya menurut Lukman bahwa selama 15 tahun kepemimpinannya di Desa Wungkolo, proses sertifikasi lahan – Prona – masyarakat baru 1 (satu) kali dilakukan yakni pada tahun 1982. Dan untuk proses sertifikasi lahan periode ke-dua akan disosialisasikan dan didata pada tahun 2015 ini.

Sebagaimana Desa Pesue, di Desa Wungkolo juga akan mendapatkan Proyek Nasional sertifikasi lahan sebanyak 100 persil.

Berdasarkan penjelasan Imran – warga Desa Wungkolo – hampir semua masyarakat Wungkolo berasal dari etnis Tolaki. Sedangkan etnis Buton dan Muna sangat sedikit jumlahnya di desa ini.

Bahasa sehari-hari yang dipakai di desa ini adalah bahasa Tolaki (Konawe). Semua penduduk di desa ini beragama Islam dan didukung oleh rumah ibadah sebanyak 1 buah mesjid.

Seperti halnya desa-desa tetangga, warga Desa Wungkolo juga sebagian besar adalah petani. Komoditas utamanya adalah mete, kakao, kelapa dan merica.

Untuk pemasarannya; terutama mete dan kopra, biasanya dijual kepada para penampung lokal atau dipasarkan di Kendari ketika jumlahnya sudah mencapai beberapa ton.

Selain petani, beberapa warga ada juga yang berprofesi sebagai tukang kayu dan sebagian kecil lainnya adalah nelayan.

Di desa ini terdapat 1 buah dermaga kayu yang hanya difungsikan sebagai labuhan sampan beberapa nelayan saja.

Beberapa warga Desa Wungkolo juga mencoba mengadu nasib di daerah rantau, mereka kebanyakan merantau ke daerah Maluku dan Papua.

Menyinggung produk lain dari hasil olahan kelapa (minyak kelapa), Lukman menjelaskan bahwa sebenarnya masyarakat Wawonii dan khususnya masyarakat Wungkolo juga merupakan pengolah minyak kelapa. Hanya kendala terbesar yang dihadapi adalah tidak adanya pangsa pasar yang jelas untuk memasarkan minyak kelapa, sehingga produksinya pun hanya diperuntukan sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga saja.

”Padahal jika pangsa pasarnya cukup jelas, hitung-hitungan secara ekonomis, kita masih lebih untung mengolah minyak kelapa di bandingkan bekerja sebagai pengolah kopra” : katanya.

Dari hasil diskusi yang terbangun di kediaman Kepala Desa Wungkolo, dapat diketahui bahwa ada beberapa potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Desa Wungkolo antara lain:

Di desa ini terdapat 5 lokasi terjun dengan ketinggian bervariasi antara 20 – 70 meter. Selain itu di desa ini juga terdapat wisata permaindian air panas, wisata pantai dan pemandangan goa alam yang cukup menarik. Selain itu, di desa ini terdapat potensi sumber daya mineral berupa Nikel dan Emas.

Sedangkan sector pertanian terdapat lokasi yang sangat cocok digunakan sebagai areal persawahan yang didukung oleh aliran sungai besar yang tidak mengalami kekeringan walau dimusim kemarau.

Di Desa Wungkolo terdapat pula hamparan hutan mangrove yang sangat luas dan terdapat pula areal pertambakan yang cocok untuk kegiatan budidaya ikan baik air tawar, payau maupun rawa. SK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *