Kultur

Kemegahan Tradisi Kariaa di Negeri Tukang Besi

×

Kemegahan Tradisi Kariaa di Negeri Tukang Besi

Sebarkan artikel ini
Para peserta karia menaiki altar bambu yang akan diarak keliling kampung. foto: Joss

Saya mengikuti parade kemeriahan budaya wakatobi. Megah dan penuh atmotsfir kala teriakan “Legoo !!!, Legooo !!!” menggema di sepanjang jalan jalan utama pelosok pedesaaan. Lego dalam bahasa setempat berarti menang. Ini adalah  pawai adat terbesar yang pernah dihelat, sepanjang kabupaten ini terbentuk.

Tujuh tambur tak berhenti ditabuh dalam keriuhan massa yang menyaksikan anak-anak gadis berpakaian adat duduk di atas anyaman bambu yang dipikul belasan orang.  Mereka baru saja menghirup udara bebas, setelah berhari-hari dikarantina dalam ruang pingit. Jadilah ungkapan lego menjadi symbol kemenangan bagi gadis-gadis belia ini.

Kemeriahan dari pesta rakyat ini adalah rangkaian dari tradisi kariaa di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang dihelat setiap tiga tahun sekali.  Kariaa dalam bahasa setempat  sama dengan gembira atau meriah. Kariaa merupakan gabungan dari berapa kegiatan yang dilakonkan secara massal diantaranya pingitan bagi kaum wanita , potong rambut hingga  sunatan massa bagi anak laki-laki.

anak anak mengikuti tradisi khinatan sebagai bagian dari kemeriahan tradisi kariaa. foto: Joss

Beragam tarian diperagakan para sesepuh adat negeri tukang besi,  diantara tarian yang diperagakan adalah tarian tamburu. Tarian ini dibagi dua kelompok penari. Penari pertama adalah kelompok tamburu diumbosa atau tamburu di wilayah timur. Sedangkan penari kedua adalah tamburu disiowa atau kelompok tamburu di wilayah barat. Masing-masing kelompok tamburu  ditarikan oleh tiga orang pria dewasa dengan iringan gendang yang terus menerus ditabuh.

Ada yang menari dan kaum pria dewasa mengambil peran memikul bamboo tempat para gadis kariaa dan anak-anak lelaki.  Selepas dari masjid, peserta kariaa lalu diarak kelilig kampong.  Ini adalah puncak dari tradisi kariaa dalam kemeriahan, dimana  ribuan  peserta berjalan sejauh tiga kilo meter menuju lapangan terbuka sambil meneriakkan lego yang artinya menang.

Kemerihan tua muda dipersiapkan dengan menggunakan pakaian adat khas wakatobi. Acara kariaa dimulai dengan melakukan ritual di masjid agung kaledupa. Di tempat ini anak-anak membaca  ayat suci alquraan  serta diberi siraman rohani dari  imam masjid atau moji  pada para orang tua dan anak-anak yang akan mengikuti tradisi ini.

Beragam tarian diperagakan para sesepuh kampong,  diantara tarian yang diperagakan adalah tarian tamburu. Tarian ini dibagi dua kelompok penari. Penari pertama adalah kelompok tamburu diumbosa atau tamburu di wilayah timur. Sedangkan penari kedua adalah tamburu disiowa atau kelompok tamburu di wilayah barat. Masing-masing kelompok tamburu  ditarikan oleh tiga orang pria dewasa dengan iringan gendang yang terus menerus ditabuh.

peserta karya. foto: Joss

Selepas dari masjid, anak-anak lalu diarak kelilig kampong. Boleh dikata inilah puncak dari tradisi kariaa yang dibalut dalam kemeriahan, dimana  ribuan  peserta berjalan sejauh tiga kil meter menuju lapangan terbuka sambil meneriakkan lego yang artinya menang. “Sungguh atmosfir kemenangan ini begitu kuat di masyarakat,”kata Ali Muhuzani,salah satu pemuka adat wakatobi.

Saat arak-arakan  para peserta kariaa wajib melemparkan uang koin kepada warga yang menonton tradisi kariaa disepanjang jalan. Anak-anak pun menyambut gembira dan berebut uang koin yang dileparkan tadi.

Arak-arakan berakhir di lapangan luas.  Anak-anak para orang tua berbaur jadi satu. Mereka berkumpul menunggu acara potong rambut dan sunatan massal. Tradisi dilakukan oleh para pemuka adat atau dalam bahasa setempat disebut sarahu’u.

Ali Muhuzani berharap,  tradisi kariaa sebagai salah satu tradisi turun temurun harus terus dilestarikan. “Semoga pemerintah wakatobi terus menggelar tradisi ini,”harapnya.

Tradisi kariaa merupakan gabungan dari kemeriahaan dan symbol social bagi masyarakat wakatobi, dimana didalamnya beragam kegiatan dilakukan, diantaranya, tradisi  pingitan bagi gadis, acara potong rambut bagi balita hingga  dan sunatan massal untuk anak-anak.

Tradisi yang telah ada sejak dulu menjadi momen yang selalu ditunggu warga maupun warga wakatobi di perantauan. Pagelaran karia yang luar biasa dan selalu akan dibanjiri pengunjung. ^^

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *