Ekonomi & Bisnis

Geliat Ekonomi Baubau dan Garda Pangan BUMD: Stabilisasi Harga di Tengah Arus Dinamis

×

Geliat Ekonomi Baubau dan Garda Pangan BUMD: Stabilisasi Harga di Tengah Arus Dinamis

Sebarkan artikel ini
FB IMG 1746432915803

BAUBAU, suarakendari.com – Lantai dua kantor Wali Kota Baubau Palagimata menjadi saksi bertemunya berbagai elemen penting dalam Forum Group Discussion (FGD) yang mengangkat tema krusial: “Geliat Ekonomi Daerah dan Peran Strategis BUMD Dalam Ketahanan Pangan Sebagai Stabilitator Pengendalian Inflasi Daerah”. Senin (05/05/2025), forum ini menjadi wadah bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau, tim teknis dan konsultan Bank Indonesia (BI) perwakilan Sulawesi Tenggara, serta para pelaku usaha untuk bertukar pikiran mencari solusi atas dinamika perekonomian dan inflasi di Kota Baubau.

Wali Kota Baubau, H Yusran Fahim, SE, membuka forum dengan menyampaikan apresiasi atas kehadiran tim BI yang bersedia memberikan pendampingan. Beliau menekankan betapa strategisnya posisi geografis Baubau di jantung Kepulauan Buton (Kepton) dalam menggerakkan roda perekonomian daerah. Namun, letak ini juga membawa tantangan tersendiri, terutama dalam menghadapi fluktuasi inflasi yang sangat dinamis.

Sebagai pusat pergerakan ekonomi di kawasan Kepton, bahkan menjadi simpul distribusi barang dan jasa di wilayah timur Indonesia, Baubau tak luput dari imbas pergerakan harga. Wali Kota menyadari betul, tantangan ini paling dirasakan oleh para pelaku usaha, terutama mereka yang berkecimpung dalam komoditas pangan yang sebagian besar didatangkan dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Baubau.

Berbagai persoalan mengemuka dalam diskusi. Mulai dari perlunya membangun kemitraan yang kuat dengan daerah penghasil komoditas, menata jaringan distribusi, hingga isu transportasi, perizinan, bongkar muat di pelabuhan, serta ketersediaan gudang dan tempat penyimpanan yang memadai, khususnya untuk komoditas penting seperti ikan dan hortikultura (cabe, bawang, sayur-mayur). Persaingan usaha yang ketat, perubahan harga yang sulit diprediksi, serta kondisi sarana dan prasarana pasar juga menjadi perhatian utama.

Lebih lanjut, FGD menyoroti momentum krusial yang kerap memicu lonjakan harga di Baubau, yaitu perayaan hari besar keagamaan, acara adat, serta gangguan cuaca dan iklim. Fenomena ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Pemkot dan seluruh pemangku kepentingan untuk mencari solusi jangka panjang.

Di sisi lain, rendahnya produktivitas komoditas pangan lokal turut memperparah masalah ketergantungan pasokan dari luar daerah. Rantai distribusi yang panjang dan kompleks menjadi salah satu fokus utama dalam upaya pengendalian inflasi di Baubau.

Diharapkan, melalui forum diskusi yang konstruktif ini, akan lahir langkah-langkah strategis dan kolaborasi yangSolid antara Pemkot, BUMD, pelaku usaha, dan Bank Indonesia. Peran BUMD sebagai stabilisator ketahanan pangan diharapkan mampu menjadi jangkar dalam mengendalikan inflasi daerah, memastikan ketersediaan pasokan, dan pada akhirnya menyejahterakan masyarakat Kota Baubau. Sk