BAUBAU, suarakendari.com—Negeri Buton adalah negeri yang sangat tua, berbagai tata nilai terus diupayakan untuk dapat diintrodusir dalam kebijakan pemerintah, dan salah satu tata nilai yakni identitas yang diharapkan dapat disempurnakan dalam kebijakan pejabat pemerintah daerah. Hal yang sangat spesifik dalam identitas itu adalah mengembalikan nama Kota Baubau menjadi Kota Buton yang diharapkan mendapat sambutan baik di pemerintahan selanjutnya.
Hal ini diungkapkan Pj Wali Kota Baubau Dr Muh Rasman Manafi, SP, M.Si saat memberikan sambutan pada pelaksanaan acara Bulilingiana Pau (Pelantikan) Sultan Buton atau Laki Wolio di baruga Keraton Buton Jumat (29/11/2024).
Menurut Dr H Muh Rasman, usulan perubahan nama Kota Baubau menjadi Kota Buton sebagai aspirasi generasi Buton atas kerinduan narasi Kerajaan Buton yang tertuang dalam berbagai naskah sampai ke Leiden Belanda yang sangat mengenal wilayah yang namanya Butun atau Buton atau Butuuni. Sehingga pihaknya sangat mengharapkan Kota Baubau ini dapat dikembalikan marwahnya menjadi Kota Buton yang beribukota di Baubau karena ini adalah identitas .
Kemudian, bahwa nilai-nilai kewilayahan, nilai-nilai sosial telah banyak dilihat dan salah satu nilai kewilayahan yang menjadi kebangaan yang saat ini sudah mulai hilang adalah identitas wilayah itu sendiri. Yang kalau wilayah itu dibagi dalam RT dan RW dengan angka 1, 2, dan 3. Sementara negeri ini bukan negeri yang baru dibuka. Negeri ini sudah memiliki nilai kewilayahan, identitas kewilayahan. ”Kita sudah kenal ada namanya wilayah, seperti misalnya Pimpi dan yang lainnya. Saya sangat berharap lewat lembaga adat dan Kesultanan Buton ini untuk dapat diinisiasi kembali untuk kita kembalikan nilai-nilai wilayah itu. Ini sangat berarti menurut pandangan saya, karena semua rencana tata ruang wilayah baik nasional maupun kabupaten kota, apalagi di tata ruang laut, nilai-nilai itu telah ada di wilayah kita. Mari kita kembalikan itu, karena itu adalah kebanggaan sekaligus dan ini adalah doktrin sebagai anak negeri Butuni,”ujarnya.
Ditambahkan, Buton terbangun, berdiri, bukan karena satu suku atau satu kelompok atau satu keluarga. Oleh sebab itu, Sultannya itu tidak pernah turunan dan pasti dipilih, karena dia berasal dari lebih dari satu kelompok atau satu keluarga. Negeri ini juga telah mempraktekkan demokrasinya yang sangat tua. Sehingga perbedaan yang ada bagi generasi Buton, tentu itu adalah keragaman yang patut dilestarikan dan dijaga. Tetapi sebagai orang tua negeri, orang tua adat, pasti akan terus berupaya supaya arahnya sama.
”Tinggalkan kepentingan pribadi, tinggalkan nafsu kelompok. Bolimo Karo Somanamo lipu. Kalau, saya ulangi, untuk menyatukan itu kita sudah meninggalkan kemauan pribadi dan kelompok dan mengedepankan negeri, namun masih ada aturan negeri yang ternyata harus kita perbaiki, maka Bolimo Lipu Somanamo Sara. Sehingga, pada titik tertinggi yakni Bolimo Sara Somanamo Agama. Kalau keberagaman kita, perbedaan kita sangat sulit dipersatukan karena kita berbeda sara, berbeda garis darah pun, tetapi demi kita tegakkan syariat agama kita, maka tidak ada kata lain, kita harus bersatu, bersatu, bersatu. Hai anak negeri Butuni semua perjalanan yang ada telah terukir diingatan kolektif kita. Bolimo Karo Somanamo Lipu. Adat tegak negeri beradab,”tegasnya.
PPID UTAMA BAUBAU