HumanioraKuliner

Belajar dari Bandung Homemade

×

Belajar dari Bandung Homemade

Sebarkan artikel ini

Saya bertemu Andry dan Toni, dua anak muda yang mengelola kedai satu arah, warung kecil di simpang gandasari. Kedainya berdiri di halaman rumah yang telah lebih dulu disulap menjadi outlet berlabel black jack. Dua usaha yang pengelolanya berbeda.

Anak anak muda tadi khusus fokus ke usaha kuliner, menu andalan mereka adalah nasi garang atau nasi goreng kebuli bumbu timur tengah. Saya mencobanya bersama segelas espreso steam yang kental. Singel shot espresso yang lembut itu mengalir dalam tenggorokan dan kontan membuat mata melek keras. “Itu artinya esspressonya joss bung,”ujar Toni.

Pun begitu dengan nasi kebulinya. Nasi kaya rempah itu ditimbun daging kambing bumbu khas yang rasanya dominan rempah adas padas, ketumbar dan lada. Resep itu perpaduan antara resep rempah timur tengah dengan resep tambahan dari mereka. Jadilah nasi kebuli khas satu arah. “Gimana kang rasanya,”tanya Andy, anak muda tadi. Saya tak langsung menjawab dan hanya mengangkat dua jempol padanya. Yup pastnya rasa nasi kebulinya nampol banget dah.

Bagi Andry, rumah adalah suatu tempat yang paling di idam-idamkan oleh setiap orang. Itu pula yang menginspirasi tumbuh suburnya homemade di bandung raya. “Rumah adalah tempat mereka kembali, dimana mereka dapat berkumpul kembali bersama keluarga maupun orang-orang yang disayangi,”cerita Andry. Jika diartikan ke dalam bahasa Inggris, rumah bisa disebut dengan home atau house. Di dalam bahasa Inggris juga terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan home (rumah). Salah satu istilah yang berhubungan dengan home adalah homemade.

Bandung homemade, buatan rumah maka rumah adalah usaha. Kuliner, outlet semua di buat dan dipajang di rumah sekaligus bisa dinikmati di sana. Setiap rumah menjadi bagian tak terpisah dari kehidupan usaha orang orang bandung. Kreatifitas menjadi kekuatan terbesar mendorong industri kuliner, tekstil, musik dan lain sebagainya. Tak heran sepanjang jalan utama, setiap jalan penghubung, setiap sudut gang, industri rumahan tumbuh subur hingga kota benar benar hidup di sini.

Sebagai kota sejarah bandung tak lekang oleh waktu, rumah rumah boleh menua, tapi budaya dan kreatifitas anak anak muda bandung yang terus tumbuh membuatnya selamat dan awet.

Berada di bandung membuat saya banyak merenung tentang kota kelahiranku yang semrawut. Mungkin bagus juga kalo para wakil rakyat atau wakil wakil pemerintah — yang kala akhir tahun– gemar plesiran dinas bisa berjalan jalan ke kota ini, melihat dan mempelajari gimana pemerintah kota bandung mengelola dan mengidupkan ekonomi daerahnya dari giat sapta pesona pariwisata mereka, apa kiat dan bagaimana sistem pelayanan pemerintahan berjalan dinamis dengan budaya dan kepatuhan rakyat akan aturan yang sudah ditetapkan bersama. Belajar untuk tidak malu malu menduplikasi semua yang positif di sana. Sk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *